JAKARTA, KOMPAS.com - Nasib nahas menimpa seorang kakek berusia 89 tahun, Wiyanto Halim. Nyawanya melayang lantaran menjadi korban keberingasan massa yang mengira dia seorang maling. Ia dipukuli hingga tewas di Cakung, Jakarta Timur, pada Minggu (23/1/2022).
Peristiwa nahas itu pun bermula dari permasalahan sepele. Mobil yang dikendarai Wiyanto diduga menyenggol seseorang berinisial R yang kini menjadi tersangka dalam kasus pengeroyokan yang berujung tewasnya sang kakek.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan menjelaskan, tersangka berinisial R diduga memprovokasi pengendara lain dengan berteriak maling karena tersenggol oleh kendaraan korban.
Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan sementara terhadap tersangka R dan 13 orang lain yang telah ditangkap.
R diduga memprovokasi para pengendara lain dengan meneriaki HM sebagai pencuri. R dan 13 orang tersebut kemudian mengejar HM dan mengeroyoknya di lokasi kejadian.
Korban meninggal dunia setelah dievakuasi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk mendapatkan perawatan.
Seorang saksi mata di lokasi, Kirun (32), mengatakan bahwa massa dengan menggunakan sepeda motor mengejar kendaraan yang dibawa HM.
Setelah berhasil menghentikan laju mobil HM, mereka lalu memecahkan kaca mobil dengan balok kayu dan batu. Mereka kemudian memukuli HM dengan membabi buta.
"Saya lihat di mobil ada gendongan bayi dan tongkat buat jalan. Saya pikir enggak mungkin kakek ini maling. Tapi mereka tetap saja teriak maling-maling," katanya.
Baca juga: Kasus Pengeroyokan Kakek 89 Tahun, Polisi Sebut Sudah Berusaha Melerai
HM yang sudah lansia pun tak bisa berbuat banyak saat dikeroyok oleh para pelaku.
"Gimana mau melawan, korbannya itu saja kakek. Badannya sudah kurus, rambut sudah beruban," kata Kirun.
Kirun menambahkan bahwa di tempat kejadian perkara (TKP) ada dua orang petugas kepolisian. Namun, mereka tidak berkutik karena jumlah massa terlalu banyak.
"Polisi ada dua orang kalau enggak salah, patroli juga, enggak kuat nahan karena sebegitu banyaknya massa,” ujar Kirun.
Kirun sebenarnya ingin menolong kakek tersebut, tetapi ia juga takut dengan massa yang sangat beringas.
“Makanya saya enggak berani (melerai) walaupun mereka enggak ada yang bawa senjata," tutur Kirun seperti dilansir Tribun Jakarta.
Baca juga: Ini Provokator yang Teriak Maling, Berujung pada Pengeroyokan Kakek 89 Tahun hingga Tewas di Cakung