Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecurigaan Keluarga Kakek yang Tewas Dikeroyok karena Dituduh Maling

Kompas.com - 25/01/2022, 08:36 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus pengeroyokan terhadap seorang kakek berusia 89 tahun di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur, telah meninggalkan luka yang mendalam terhadap keluarga.

Wiyanto Halim (89) meninggal dunia dalam kondisi yang tak pernah dibayangkan sebelumnya karena dituduh mencuri kendaraan dan dihakimi massa.

Baca juga: 14 Orang Diamankan terkait Pengeroyokan Kakek Wiyanto di Cakung, 4 Jadi Tersangka

Kecurigaan keluarga

Pihak keluarga pun menduga ada aktor dibalik pengeroyokan tersebut.

Kuasa hukum keluarga Wiyanto, Freddy Yohannes Patty mengatakan, insiden yang terjadi bukanlah pengeroyokan biasa.

"Buat kami, ini bukan sekadar pengeroyokan biasa. Ini pasti ada dalangnya, ada pihak-pihak yang memang menghendaki hal ini terjadi, ini keyakinan keluarga," ujar Freddy dalam konferensi pers di rumah duka Grand Heaven, Pluit, Jakarta Utara, Senin (24/1/2022).

Oleh karena itu, pihak keluarga pun sangat berharap agar kasus kekerasan tersebut bisa diusut tuntas, dan pelaku utama di balik pengeroyokan bisa ditangkap.

Baca juga: Saat Kakek 89 Tahun Diteriaki Maling lalu Dipukuli hingga Tewas, Berawal dari Senggolan Kendaraan di Jalan

Pada kesempatan itu, keluarga melalui kuasa hukum juga meluruskan informasi yang beredar di media sosial.

Di media sosial beredar kabar bahwa Wiyanto mencuri kendaraan sehingga dikejar dan dikeroyok massa.

"Kami ingin meluruskan bahwa cerita yang beredar di media sosial yang menyatakan bahwa almarhum Wiyanto Halim melakukan pencurian kendaraan, kemudian melarikan diri, dikejar-kejar, semua itu adalah kebohongan. Mobil yang dikendarai Bapak Wiyanto Halim adalah mobil milik beliau sendiri," ujar dia.

Diduga tidak spontan

Keluarga juga menduga kejadian tersebut tidak terjadi secara spontan.

Hal tersebut diperkuat dengan adanya saksi yang diklaim keluarga dapat menceritakan momen-momen yang terjadi sebagaimana dalam rekaman video yang beredar.

"Dari peristiwa iring-iringan itu, kami melihat semua tidak terjadi secara spontan," kata Freddy.

Baca juga: [POPULER JABODETABEK] Kakek Tewas Dikeroyok karena Dituduh Maling | Konvoi Mobil Mewah Tak Ditilang Meski Langgar Aturan

Freddy menuturkan, ada pihak yang berteriak "maling" untuk memprovokasi.

Orang tersebut, kata dia, terus memprovokasi sepanjang jalan. Tidak hanya berteriak, tetapi juga mengarahkan motornya supaya mobil yang dikendarai korban berjalan ke arah yang dikehendaki.

"Sepertinya ini sengaja digiring ke arah tempat tersebut kalau kita lihat videonya," kata dia.

Selain itu, ujar dia, ada orang yang bertugas untuk merekam video dan memviralkan tersebut. Kemudian, orang yang mengejar di bagian belakang juga mengajak warga lain untuk ikut mengejar.

"Yang paling belakang, kalau ada orang nongkrong di pinggir jalan langsung disamperin 'bang ayo bang ikut bang, itu orang maling kita kejar sama!" ujar Freddy menirukan ajakan orang di dalam video.

Baca juga: Kasus Pengeroyokan Kakek 89 Tahun, Polisi Sebut Sudah Berusaha Melerai

"Dan kami punya beberapa saksi yang bisa menceritakan hal tersebut," lanjut dia.

Menurut Freddy, saksi tersebut belum disampaikan kepada polisi bahwa orang yang berada paling belakang mengajak orang lain.

Hal lain yang dipertanyakan keluarga adalah adanya mobil patroli polisi dalam iring-iringan pengejaran korban tersebut.

"Ketika sampai di perempatan Pulokambing, mobil polisi itu melakukan tembakan gas air mata sehingga mungkin karena itu mobil (korban) berhenti dan saat itulah almarhum ditarik, dikeroyok sampai meninggal dunia," ujar dia.

Oleh karena itu, pihaknya pun berharap agar keberadaan polisi dalam peristiwa itu juga turut diusut.

Baca juga: Ini Provokator yang Teriak Maling, Berujung pada Pengeroyokan Kakek 89 Tahun hingga Tewas di Cakung

Sebab pihaknya tidak habis pikir adanya kejadian brutal yang mengakibatkan nyawa melayang di hadapan mereka.

"Kami berharap ini bisa diusut, kenapa bisa terjadi hal demikian. apakah ini kesalahan prosedur atau apa," ucap dia.

Pergi saat sopir sedang cuti

Melalui kuasa hukumnya pula, keluarga menceritakan bahwa sebelum kejadian, Wiyanto Halim pergi seorang diri tanpa diketahui tujuannya.

Freddy mengatakan, mendiang sebenarnya memiliki sopir untuk mengantarnya bepergian. Wiyono tidak pernah keluar sendiri, apalagi pada malam hari.

Namun, pada hari itu, Wiyanto pergi seorang diri karena sopirnya tengah cuti bekerja.

"Sepemahaman kami, almarhum tidak pernah keluar malam karena usianya sudah 89 tahun dan beliau punya sopir. Hari itu sopir beliau cuti, tidak masuk kerja," kata Freddy.

Baca juga: Menahan Tangis, Anak Kakek 89 Tahun yang Dikeroyok: Saya Tak Terima Papa Meninggal Mengenaskan

Freddy mengatakan, pada sore hari sebelum kejadian, Wiyanto pergi dari rumahnya di kawasan Jakarta Selatan dengan membawa mobil.

Tidak ada yang mengetahui tujuan kepergiannya saat itu. Wiyanto tidak kembali ke rumah hingga malam tiba.

"Pihak keluarga menanyakan, ini ke mana? Bingung saling telepon mencari keberadaan beliau. Baru pagi-pagi, dari Polres Jakarta Timur menelepon, menyatakan bahwa almarhum sudah ada di RSCM dan sudah meninggal dunia," kata dia.

Freddy mengatakan, seringkali tanpa sepengetahuan keluarga, Wiyanto Halim membawa mobilnya sendiri apabila sedang tidak ada sopir.

Keluarga juga sudah sering mengingatkan untuk tidak bepergian sendiri.

Baca juga: Keluarga Duga Pengeroyokan Kakek 89 Tahun di Cakung Tidak Spontan

"Tanpa sepengetahuan kami dia bawa mobil. Keluarga memang sudah sering mengingatkan, tapi tanpa sepengetahuan keluarga dia sering bawa sendiri ketika sopir tidak ada," kata Freddy.

Keluarga minta keadilan

Keluarga Wiyanto Halim pun meminta keadilan atas kejadian tersebut.

Anak korban, Bryna, mengaku tak terima sang ayah meninggal dalam keadaan mengenaskan.

Dengan suara bergetar menahan tangis, Bryna menyampaikan hal tersebut di hadapan awak media.

"Saya dari keluarga tidak menerima papa meninggal dalam keadaan mengenaskan kayak gini. Kami minta keadilan," ujar Bryna.

Bryna pun berharap kasus meninggalnya sang ayah bisa diusut hingga tuntas.

Baca juga: Polda Metro Bentuk Tim Khusus Usut Kasus Pengeroyokan Kakek 89 Tahun di Cakung

Dia juga meminta seluruh pihak, termasuk media, untuk mengawal kasus tersebut.

"Kalau sudah meninggal gitu, kamu dapat apa? Bagaimana cara mengusut tuntas ini? Saya minta dengan bantuan untuk mem-blow up ini sampai ke pemerintah. Bantu saya mengusut semuanya," ujar Bryna.

Bryna mengatakan, saat akan pergi, ayahnya tidak izin kepada keluarga.

Sebab, kata dia, biasanya sang ayah hanya pergi sebentar ke suatu tempat untuk mengurus sesuatu, kemudian pulang.

"Atau enggak, biasanya pergi beli apa, pulang. Enggak sampai yang malam begini. Beliau enggak pernah keluar malam," kata dia.

Baca juga: Polisi Cari Tersangka Lain Kasus Pengeroyokan Kakek hingga Tewas di Cakung

Pengeroyokan kakek hingga tewas

Diberitakan sebelumnya, seorang pria lanjut usia tewas usai dikeroyok sejumlah warga di Jalan Pulokambing, Minggu (23/1/2022) dini hari.

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Timur AKBP Ahsanul Muqaffi mengatakan, mobil yang dikendarai oleh korban sempat menyenggol pemotor.

Ia pun diteriaki maling, sehingga warga berbondong-bondong mengejar mobil tersebut dan menghakiminya setelah laju kendaraannya terhenti.

"Informasinya korban sempat nabrak pemotor. Jadi diprovokasiin maling oleh pemotor yang mengejar," ujar Ahsanul, Minggu, dilansir dari Tribunnews.com.

Ahsanul memastikan bahwa sang pengendara mobil bukan maling seperti yang dituduhkan.

Baca juga: Kasus Kakek 89 Tahun Tewas Dikeroyok, Tersangka Teriaki Korban Maling karena Motornya Tersenggol

"Bukan (maling), itu warga aja salah persepsi. Itu punya dia sendiri kok, sudah kami cek,” imbuhnya.

Seorang saksi mata di lokasi, Kirun (32) mengatakan, massa dengan menggunakan sepeda motor mengejar kendaraan yang dibawa lansia tersebut.

Setelah berhasil menghentikan laju mobilnya, mereka lalu memecahkan kaca mobil dengan balok kayu dan batu.

Massa yang beringas kemudian memukuli korban secara membabi buta.

"Saya lihat di mobil ada gendongan bayi dan tongkat buat jalan. Saya pikir enggak mungkin kakek ini maling. Tapi mereka tetap saja teriak maling-maling," ujar Kirun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com