Wihara dibangun untuk memberi doa, menghormati, dan persembahan kepada Sampo Soei Soe yang merupakan tokoh Tionghoa.
Hal tersebut bermula dari kedatangan orang-orang China ke wilayah itu untuk mencari keberadaan Sampo Soei Soe.
Namun, saat mereka datang, Sampo Soei Soe telah tiada. Mereka pun mendirikan tempat pemujaan untuk mengenang Sampo Soei Soe.
Seiring berjalannya waktu, tempat itu pun berkembang menjadi wihara hingga menjadi luas dan besar seperti sekarang.
"Makam (Sampo Soei Soe) ini ada sebelum kompleks. Jadi sebelum ada kelenteng itu makam dulu, menantunya Embah ini muslim dari China, karena Khonghucu menghormati leluhur, walaupun leluhurnya muslim mereka tetap disembahyangi, dihormati. Jadi ini mereka sebenarnya berziarah juga," kata dia.
Parto mengatakan, setidaknya makam tersebut sudah berusia sekitar 600 tahun, sedangkan usia kelenteng tidak terlalu jauh karena dibangun secara bertahap.
Bangunan yang ada saat ini merupakan hasil renovasi yang berkali-kali dilakukan. Apalagi, lokasi kelenteng berada di pinggir pantai sehingga cukup sering terkena banjir air laut pasang.
Baca juga: Kokohnya Wihara Lalitavistara Cilincing dan Sekolah dengan Mayoritas Siswa Muslim...
Oleh karena itu, tinggi kelenteng pun mulai disesuaikan dengan dilakukan pengurukan. Setidaknya, kata dia, kelenteng tersebut tidak mengalami banjir separah dahulu.
Berdasarkan keterangan di buku Klenteng-Klenteng dan Masyarakat Tionghoa di Jakarta karya Salmon-Lombard, wihara Bahtera Bhakti dibangun pada masa yang sama dengan pembangunan wihara Jin De Yuan atau Kelenteng Petak Sembilan, pada tahun 1650.
Adapun wihara tersebut mulai banyak dikunjungi umat pada abad ke-17. Tidak hanya umat Khonghucu atau Buddha, tetapi juga umat Islam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.