JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak masyarakat yang merasa keberadaan juru parkir liar tak dibutuhkan. Hal ini terekam dalam jajak pendapat Litbang Kompas akhir Desember lalu.
Hasil survei ini menunjukkan, lebih dari 84 persen masyarakat tidak setuju dengan hadirnya juru parkir liar. Hanya sekitar 15 persen sisanya yang merasa kehadiran juru parkir liar masih dibutuhkan.
Jika dibedah lebih jauh dari latar belakang responden, keresahan pada juru parkir liar ini dirasakan kalangan masyarakat dari semua lapisan sosial ekonomi. Semua kelas masyarakat sebagian besar sepakat bahwa mereka tidak setuju dengan kehadiran tukang parkir liar.
Baca juga: Saat Juru Parkir Liar Bertindak Layaknya Preman dan Setor Uang ke Ormas
Artinya, terganggunya publik bukan karena masyarakat yang tidak rela atau tidak mampu memberikan upah kepada juru parkir liar, melainkan akibat alasan lain, seperti soal keamanan. Tak jarang terjadi bentrokan karena perebutan lahan parkir.
Contoh lain adalah kasus perusakan dan pembakaran kantor Kepolisian Sektor Ciracas, Jakarta Timur, Desember 2018. Peristiwa tersebut dipicu persoalan sepele yang melibatkan juru parkir sebuah toko swalayan yang berujung pengeroyokan pada pengunjung yang kebetulan anggota TNI.
Baca juga: 6 Prajurit TNI AL Ditetapkan Tersangka Penyerangan Polsek Ciracas
Ketidaksetujuan masyarakat sebetulnya berakar dari minimnya manfaat yang diberikan juru parkir liar. Alih-alih membantu, nyaris tiga perempat responden justru merasa terganggu dengan kehadiran mereka.
Bahkan, ada anekdot, juru parkir dianggap seperti jin yang paling menyebalkan di halaman toko swalayan. Pasalnya, mereka tidak tampak saat konsumen tiba dan memarkir kendaraan di halaman swalayan. Namun, selepas konsumen selesai berbelanja, juru parkir itu bisa tiba-tiba muncul.
Baca juga: Saya Parkir Sendiri, Begitu Keluar Minimarket, Juru Parkir Pura-pura Tarik Motor...
Terganggunya masyarakat dengan juru parkir liar ini juga berakar dari pengalaman buruk. Nyatanya, tidak sedikit dari responden yang mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan terkait dengan tukang parkir liar.
Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa setidaknya 44 persen dari responden mengaku pernah bermasalah dengan mereka. Pertengahan Desember tahun lalu, hampir terjadi insiden pemukulan yang dilakukan oleh juru parkir liar kepada seorang wanita karena tak terima dibayar dengan uang koin.
Kasus di sebuah minimarket di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat, yang sempat viral di media sosial ini pun mendapat berbagai tanggapan dari netizen. Tak sedikit dari warganet yang mengaku mengalami pengalaman buruk serupa, seperti dicemooh dan menghadapi sikap arogan tukang parkir liar.
Tak heran masyarakat pun berharap banyak kepada pemerintah soal juru parkir liar ini. Nyaris semua responden dalam survei mengaku setuju bahwa juru parkir harus di bawah pengawasan pemerintah. Hanya sekitar 7 persen saja dari responden yang berpendapat sebaliknya.
Baca juga: Saat Parkir Liar Dikuasai Ormas, Minimarket Kesulitan Bebaskan Biaya Parkir untuk Pelanggan
Berita ini telah tayang di Kompas.id dengan judul "Menanti Peran Pemerintah Atasi Problem Juru Parkir Liar"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.