Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/02/2022, 11:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembongkaran kawasan Kalijodo enam tahun silam di bulan Februari menjadi kisah yang tak terlupakan bagi warga Jakarta.

Kawasan yang identik dengan prostitusi dan hiburan malam itu kini berubah 180 derajat menjadi ruang terbuka ramah anak yang biasa dikunjungi keluarga di akhir pekan.

Dulunya sebelum berubah menjadi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), para pekerja seks komersial tinggal dan mencari nafkah di tempat itu. Mereka melayani pria hidung belang di kamar yang rata-rata 2x1 meter per segi.

Baca juga: Metamorfosis Kramat Tunggak dan Kalijodo, dari Lokalisasi Jadi Masjid dan Taman

Sulit bagi mereka untuk melepaskan diri jeratan dunia hitam tersebut. Mereka seolah "terkunci" pada bangunan-bangunan yang berkedok kafe remang-remang di Kalijodo.

Di lain pihak, para penguasa Kalijodo terus mengambil keuntungan dari bisnis remang-remang ini. Sebagian besar penduduk yang tinggal di kawasan tersebut segan terhadap para penguasa. Di tempat itulah, para penguasa seolah mengatur perekonomian Kalijodo.

Bermula dari kecelakaan mobil

 

Namun, siapa sangka, wajah hitam Kalijodo kini berubah. Tak ada yang menyangka bahwa sebuah insiden kecelakaan bisa berujung pada penggusuran kawasan tersebut.

Tak ada yang menyangka bahwa sebuah insiden kecelakaan bisa berujung pada penggusuran kawasan tersebut. Kalijodo berubah dalam 20 hari setelah kecelakaan Toyota Fortuner yang dikemudikan Riki Agung pada Senin (8/2/2016) pagi.

Di balik kemudi, mata Riki Agung Pratama (24) sudah tak sanggup lagi melihat dengan jelas. Riki terlelap. Sementara itu, mobil berisi sembilan orang yang dikemudikannya tersebut terus melaju menembus dinginnya udara pagi dengan kecepatan sekitar 100 kilometer per jam.

Baca juga: Lokasi Eksploitasi Anak di Penjaringan Diduga Muncul Setelah Kalijodo Dibongkar

Hingga persis di KM 15 Jalan Daan Mogot arah Tangerang, mobil berwarna hitam jenis SUV itu menabrak sepeda motor di depannya. Riki langsung terbangun. Maksud hati menginjak rem, ia malah menginjak pedal gas.

Ia tak bisa megendalikan mobilnya yang oleng ke kiri dan menabrak marka jalan. Mobil itu terpelanting ke tengah jalan. Empat orang tewas dan tujuh orang lainnya, termasuk Riki luka berat.

Dua orang yang meninggal adalah pengendara sepeda motor, sisanya adalah penumpang di dalam mobil. Kecelakaan itu terjadi tepat pada Tahun Baru Imlek. Setelah diusut, Riki diketahui dalam kondisi tidak siap menyetir mobil.

Mahasiswa perguruan tinggi swasta itu baru saja menenggak 10 gelas minuman keras di lokalisasi Kalijodo. Dari situlah, keberadaan lokalisasi Kalijodo mulai dipermasalahkan kembali.

Baca juga: Razia Indekos di Kalijodo, Satpol PP Ingin Cegah Tindak Asusila dan Terorisme

 

Tak ada toleransi Keeseokan harinya, Selasa (9/2/2016), peristiwa ini sampai ke telinga Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang kala itu masih aktif menjabat Gubernur DKI Jakarta.

Ahok menyoroti lokalisasi Kalijodo yang merupakan lokasi tempat Rikki minum minuman keras tersebut. Dengan tegas, Ahok menyatakan keinginannya untuk "membersihkan" kawasan Kalijodo. Ia menilai lokalisasi di Kalijodo tak bermanfaat, atau lebih banyak memberikan dampak buruk.

Pemandangan di dalam Jalan Kepanduan II, Kalijodo dihari rencana berlangsungnya eksekusi pembongkaran. Senin (29/2/2016)Kompas.com/Robertus Belarminus Pemandangan di dalam Jalan Kepanduan II, Kalijodo dihari rencana berlangsungnya eksekusi pembongkaran. Senin (29/2/2016)

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Ini Langkah Pemkot Tangerang Cegah Sampah Menumpuk Lagi di Bahu Jalan Pasar Rubuh

Ini Langkah Pemkot Tangerang Cegah Sampah Menumpuk Lagi di Bahu Jalan Pasar Rubuh

Megapolitan
Natalia Rusli Dituntut 1 Tahun 3 Bulan, Penasihat Hukum: Jaksa Ragu-ragu

Natalia Rusli Dituntut 1 Tahun 3 Bulan, Penasihat Hukum: Jaksa Ragu-ragu

Megapolitan
Bertahun-tahun Diberi Wejangan Jangan Buang Tinja ke Kali, Warga Ujung Menteng Selalu Cuek

Bertahun-tahun Diberi Wejangan Jangan Buang Tinja ke Kali, Warga Ujung Menteng Selalu Cuek

Megapolitan
Lurah Ungkap Alasan Warga Ujung Menteng Ngotot Buang Limbah Tinja ke Kali Irigasi

Lurah Ungkap Alasan Warga Ujung Menteng Ngotot Buang Limbah Tinja ke Kali Irigasi

Megapolitan
Kuasa Hukum WN Kanada Buronan Interpol Ajukan Pra-Peradilan, Sebut Penangkapan Kliennya Janggal

Kuasa Hukum WN Kanada Buronan Interpol Ajukan Pra-Peradilan, Sebut Penangkapan Kliennya Janggal

Megapolitan
8 Truk Dikerahkan Angkut Sampah yang 'Makan' Bahu Jalan di Pasar Rubuh Tangerang

8 Truk Dikerahkan Angkut Sampah yang "Makan" Bahu Jalan di Pasar Rubuh Tangerang

Megapolitan
Keluh Warga dengan Kemacetan Depan GIS Condet, Minta Sekolah Tambah Lahan Parkir dan Wajibkan Siswa Naik Bus Sekolah

Keluh Warga dengan Kemacetan Depan GIS Condet, Minta Sekolah Tambah Lahan Parkir dan Wajibkan Siswa Naik Bus Sekolah

Megapolitan
Kuasa Hukum Akui Luhut Ada di Jakarta tapi Tak Hadiri Sidang Haris-Fatia, Ini Penjelasannya

Kuasa Hukum Akui Luhut Ada di Jakarta tapi Tak Hadiri Sidang Haris-Fatia, Ini Penjelasannya

Megapolitan
Kemendikbud Minta Mahasiswa STIE Tribuana Lapor Polisi karena Diminta Bayar Usai Izin Kampus Dicabut

Kemendikbud Minta Mahasiswa STIE Tribuana Lapor Polisi karena Diminta Bayar Usai Izin Kampus Dicabut

Megapolitan
Barang Bukti Narkoba Kualitas Tinggi Senilai Rp 7 Miliar Diblender, lalu Dibuang ke Selokan

Barang Bukti Narkoba Kualitas Tinggi Senilai Rp 7 Miliar Diblender, lalu Dibuang ke Selokan

Megapolitan
Natalia Rusli Dituntut 1 Tahun 3 Bulan Penjara, Korban: Kami Berharap 2,5 Tahun

Natalia Rusli Dituntut 1 Tahun 3 Bulan Penjara, Korban: Kami Berharap 2,5 Tahun

Megapolitan
Menjawab Komplain Limbah Tinja di Aliran Kali Irigasi dengan 'Zero BABS'

Menjawab Komplain Limbah Tinja di Aliran Kali Irigasi dengan "Zero BABS"

Megapolitan
Heru Budi: LRT Jakarta Itu Proyek Strategis Nasional, Harus Jalan!

Heru Budi: LRT Jakarta Itu Proyek Strategis Nasional, Harus Jalan!

Megapolitan
Akui Bikin Macet Tiap Hari, SD GIS Mengaku Sudah Lakukan yang Terbaik

Akui Bikin Macet Tiap Hari, SD GIS Mengaku Sudah Lakukan yang Terbaik

Megapolitan
Kuasa Hukum Akan Beberkan Tak Stabilnya Kondisi D akibat Dianiaya Mario Dandy dalam Sidang

Kuasa Hukum Akan Beberkan Tak Stabilnya Kondisi D akibat Dianiaya Mario Dandy dalam Sidang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com