Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganti Konsep, Lapak Non-permanen Senilai Seratusan Juta untuk PKL Pasar Lama Kini Tak Terpakai

Kompas.com - 17/02/2022, 21:10 WIB
Muhammad Naufal,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Lapak non-permanen yang sedianya dibuat untuk para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan kuliner Pasar Lama yang menghabiskan dana sekitar Rp 150 juta-Rp 200 juta tak jadi digunakan.

Lapak non-permanen itu dibuat oleh PT Tangerang Nusantara Global (TNG), BUMD Kota Tangerang.

Pembuatan lapak tersebut merupakan konsep penataan ulang yang kini batal digunakan.

Baca juga: Konsep Baru Penataan Kawasan Kuliner Pasar Lama, PKL Ditempatkan di Sisi Barat Jalan Kisamaun

Direktur Utama PT TNG Edi Candra berujar, penataan ulang PKL di Pasar Lama sudah memiliki konsep baru.

Kini, konsep mereka adalah meletakkan PKL di sisi barat jalan Kisamaun.

"Rencananya itu agak ke kanan (sisi barat) sedikit, enggak tengah banget," kata Edi melalui sambungan telepon, Kamis (17/2/2022).

Dengan diletakannya PKL di sisi barat, lapak non-permanen yang menghabiskan biaya seratusan itu tak akan terpakai.

Edi mengungkapkan, meski tak dipakai, lapak non-permanen yang dibuat dengan cara mengecat aspal itu tak akan dicat ulang.

Baca juga: Bikin Polemik, Penataaan Ulang Pasar Lama Akhirnya Berganti Konsep

Katanya, PT TNG akan mengatur peletakkan para PKL itu di jalan Kisamaun.

"Enggak, enggak dicat ulang," ujar dia.

"Cuma dalam proses pelaksanaannya saja kita tata, kita atur para pedagang ini untuk mengikuti apa yang sudah kita arahkan," sambung dia.

Menurut Edi, lapak non-permanen itu memang bersifat sementara hingga kajian komprehensif atas penataan ulang Pasar Lama diterbitkan.

"Iya itu sementara saja," kata dia.

Baca juga: Lapak Non-permanen Seharga Rp 200 Juta di Pasar Lama Batal Dipakai PKL, Ini Penjelasan PT TNG

Kajian komprehensif tersebut akan disahkan melalui paripurna DPRD Kota Tangerang dalam waktu 6 bulan mendatang.

Edi mengatakan, pembuatan lapak permanen akan mengikuti isi dari kajian komprehensif tersebut.

"Setelah 6 bulan nanti perintah kajiannya seperti apa, apa mau dibeton, dikeramik, atau dipasang granit, dan sebagainya, kan kita enggak tahu," sebut dia.

Sebagai informasi, lapak non-permanen yang menghabiskan biaya Rp 150 juta-Rp 200 juta itu belum pernah dipakai sama sekali oleh para PKL di sana.

Sebab, pembuatan lapak non-permanen itu menimbulkan polemik.

Baca juga: Polemik Tata Ulang Pasar Lama, Ditolak Warga hingga Disebut Langgar Undang-undang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

Megapolitan
Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Megapolitan
Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Megapolitan
KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

Megapolitan
Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Megapolitan
Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan 'Live' Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan "Live" Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Megapolitan
Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Megapolitan
Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com