JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah hampir delapan tahun ini Arya (38) dan keluarga kecilnya tinggal di rumah kontrakan di Cinere, Depok. Lokasi kontrakannya itu cukup dekat dari rumah orangtuanya.
Arya sebenarnya sudah punya rumah sendiri yang dibeli pada tahun 2015. Lokasinya di Citeureup, Kabupaten Bogor. Saat itu, ia membeli rumah murah tipe 36 dengan harga kurang dari Rp 100 juta.
Namun, Arya memilih tinggal di rumah kontrakan yang lebih dekat dari kantornya di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta Selatan. Dari Cinere ia hanya butuh waktu kurang dari sejam untuk sampai di tempat kerja.
Sementara itu, jika tinggal di Citeureup maka ia bisa menghabiskan waktu 1,5 sampai dengan 2 jam di perjalanan. Perjalanan bisa lebih lama saat hujan turun karena kemacetan biasanya terjadi di waktu-waktu tersebut.
Citeureup berjarak sekitar 38 kilometer dari Jalan Sudirman, sedangkan Cinere hanya sekitar 21 kilometer.
"Bisa tua di jalan gue kalau tinggal di sana," kata dia pada suatu ketika.
Baca juga: Masalah Klasik Rumah Subsidi, Lokasi Jauh dari Peradaban...
Dengan kemampuan daya beli rumah di rentang harga Rp 100 jutaan, Arya sebenarnya bisa saja membeli rumah di Cinere, yang dari segi lokasi relatif lebih strategis dibandingkan Citeureup.
Namun, rumah yang akan dia dapat bukanlah rumah tipe 36 di kawasan perumahan seperti yang dibeli di Citeurup. Dengan uang Rp 100 juta, Arya hanya bisa membeli rumah di dalam gang sempit di Cinere.
Saat ini, harga rumah tipe 36 di daerah Depok itu sudah menyentuh angka Rp 500 jutaan.
Arya sebenarnya tak masalah apabila rumahnya ada di dalam gang. Hal utama yang dia perhatikan adalah akses dari rumah menuju transportasi publik.
Cinere relatif dekat dengan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, yang memiliki layanan MRT. Layanan tersebut melewati lokasi kerja Arya.
Permasalahan justru ada pada bank.
Menurut Arya, ia pernah tertarik membeli salah satu rumah yang lokasinya tak jauh dari kontrakannya di Cinere. Rumah tersebut dibanderol dengan harga sekitar Rp 150 juta.
Namun, pengajuan pinjaman ke bank lewat skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR), ditolak. Alasannya, rumah tak punya akses yang bisa dilewati mobil.
Arya tak sendiri. Masalah serupa juga pernah dialami Farchan (35).
Pada 2014, Farchan pernah berminat membeli salah satu rumah gang di Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Rumah tersebut mudah dijangkau dari kantor Farchan yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Seperti Arya, niat Farchan untuk membeli rumah di Rawasari tak bisa terealisasi karena pengajuan KPR ditolak oleh bank.
"Kalau ga KPR y berat, semisal mau pake cash keras dengan pinjaman langsung KTA dari bank ya pasti engap nyicilnya," tulis Farchan lewat kicauannya di twitter pada 1 Oktober 2021.
ini problematikanya beli rumah di kampung-kampung kota Jakarta.
awal mau beli rumah naksir di daerah Rawasari, harganya sama dengan harga rumah di Ciputat/Pamulang.
kendalanya cuma satu KPR bosque, ditolak melulu dengan alasan akses, karena aksesnya ga muat mobil.
— Farchan Noor Rachman (@efenerr) October 1, 2021
Pada akhirnya, Farchan dan istrinya mengajukan KPR di Pamulang, Tangerang Selatan. Harga rumahnya sekitar Rp 400 juta. Harga tersebut kurang lebih sama dengan harga rumah gang yang diincar Farchan di Rawasari.