Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesantren Tasawuf Underground, Jalan Pulang bagi Anak Punk

Kompas.com - 21/02/2022, 10:59 WIB
Kristian Erdianto,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

Halim menuturkan, Tasawuf sebagai jalan hidup artinya mendekatkan diri pada Allah dengan membersihkan hati.

Ketika seseorang “dekat” dengan Allah, maka hal itu akan berpengaruh juga untuk sekitarnya, terutama keluarga.

Ia mengajari para santrinya menunaikan salat secara khusyuk, penuh penyerahan dan kebulatan hati.

“Anak-anak ini punya segudang penderitaan yang bisa diadukan ketika salat, saya ajarkan bagaimana salat secara khusuk. Kita berbisik pada Tuhan yang sama,” ucap Halim.

Kali lain dia menerangkan makna sujud dalam salat menurut pendekatan tasawuf, bahwa manusia berasal dari tanah, dihidupkan, dan kembali ke tanah.

“Jadi mereka bisa merasakan sensasi salat secara batin,” sambungnya.

Dalam buku terjemahan Sirrul-Asrar: Karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani (Salima Publika, 2013), mantan Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar menulis, Tasawuf merupakan bagian dari upaya mendekatkan diri kepada Allah.

Ia mengutip pandangan Zakaria Al-Anshari yang menyebut Tasawuf sebagai ilmu tentang kebersihan jiwa, perbaikan budi pekerti, serta pembangunan lahir dan batin guna memperoleh kebahagiaan abadi.

Menurut Nasaruddin, Tasawuf terkadang sulit dijelaskan kepada orang-orang yang selalu mengedepankan logika dan pragmatisme. Tasawuf merupakan ilmu personal, sulit dikenal dan dipahami bagi orang yang tidak mengalaminya.

“Dengan kata lain, ilmu ini harus dialami sendiri jika ingin memahaminya. Ibarat mengajarkan manisnya gula, tidak mungkin memberikan penjelasan tanpa mencicipinya,” tulis Nasaruddin.

Selain pembinaan spiritual, para santri juga dibekali peta untuk kembali kepada keluarga. Dalam hal ini, Halim berupaya membangun kepercayaan diri tiap santri, dari sisi ekonomi dan pendidikan.

Berdaya agar mandiri

Halim mendorong semua santrinya berdaya secara ekonomi agar bisa lebih mandiri ketika kembali ke keluarga.

Ia mengajari para santrinya berwirausaha. Mereka memulai usaha kedai kopi, diberikan pelatihan menjadi barista, membuka usaha laundry hingga tempat cuci kendaraan bermotor.

Ada pula santri yang pernah menjadi seniman tato, kini mengasah keterampilannya di bidang desain grafis dan interior.

“Kita buka program belajar paket A, B, C. Sekarang sudah ada anak yang kuliah, ambil (Fakultas) Hukum, jadi advokat bagi kawan-kawannya di jalanan,” ucap Halim sambil tersenyum bangga.

Jarum jam hampir menunjukkan pukul 22.00. Tak terasa lebih dari dua jam kami berbicara. Kopi sudah tandas, tinggal tersisa ampas di dasar gelas. Saya mesti beranjak meski obrolan kian hangat.

Buku catatan dan alat perekam saya rapikan sebelum berpamitan. Kemudian, Ustaz Halim memberikan buku karya Syekh Abdur Qadir Al-Jailani yang pernah ia terbitkan. Kami pun berjabat tangan dan saling mengucapkan terima kasih.

Malam berkelindan dengan aroma tanah yang basah setelah hujan. Perjalanan pulang terasa begitu menenangkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Perampok Pecah Kaca Mobil Kuras Dompet, iPad hingga iPhone 11 Pro Max

Perampok Pecah Kaca Mobil Kuras Dompet, iPad hingga iPhone 11 Pro Max

Megapolitan
Maling di Sawangan Depok Angkut 2 Motor Lewati Portal Jalan

Maling di Sawangan Depok Angkut 2 Motor Lewati Portal Jalan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com