Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Pembangunan FPSA Rorotan Dekat Permukiman, Warga: Semua Dampaknya Negatif

Kompas.com - 21/02/2022, 11:13 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Rorotan RT 02 RW 12 dan RW 13, Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara menolak pembangunan Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) di lingkungan tempat tinggal mereka.

Pemprov DKI Jakarta, melalui PT Sarana Jaya, berencana membangun FPSA di lahan kosong yang berada di tengah permukiman, yakni antara perumahan Rorotan Kirana Legacy dan permukiman warga lainnya di lokasi tersebut.

"Ada beberapa hal yang dilanggar atau tidak sesuai sehingga ada pernyataan sikap menolak dari kami," kata Alamsyah, salah satu perwakilan warga, Senin (21/2/2022).

Alamsyah mengatakan, hampir seluruh kajian dalam pembangunan FPSA tersebut memiliki dampak negatif bagi masyarakat. Mulai dari ekonomi, kesehatan, hingga sosial budaya.

Baca juga: Warga Perumahan Rorotan Kirana Legacy Tolak Pembangunan FPSA

Begitu pun seluruh dampak yang dialami warga apabila FPSA dibangun merupakan dampak negatif.

"Yang tadinya permukiman enggak macet parah jadi parah, ada peurbahan lingkungan ke arah negatif. Ini negatif semuanya," kata dia.

Dari segi dampak ekonomi, kata dia, adanya FPSA di wilayah itu akan menyebabkan penurunan aset properti bagi warga sekitar.

Baca juga: Warga Rorotan Gelar Unjuk Rasa, Tolak Pembangunan FPSA Dekat Permukiman

"Kegiatan usaha warga juga secara kualitas akan menurun. Wilayah properti sangat turun. Tanpa ada kegiatan ekonomi, tidak mungkin dibangun sarana pendidikan, rekreasi, jadinya terbatas dan berstigma negatif," kata dia.

Kemudian dari dampak kesehatan, Alamsyah menyebutkan bahwa hal tersebut menjadi paling krusial yang akan dialami warga.

Menurut dia, sebuah pabrik atau tempat pengolahan akan menghasilan pencemaran suara, udara, air, dan debu.

Terlebih FPSA material yang diolah adalah sampah yang dipastikannya akan ada hama atau kuman dan bakteri yang dibawanya.

"Itu pasti terbawa. Virus, bakteri, dan penyakit lain baik jangka pendek maupun menengah," kata dia.

Di samping itu, ujar Alamsyah akses membawa material sampah ke lokasi juga akan turut terdampak.

Sebab, tidak menutup kemungkinan sampah-sampah yang dibawa akan jatuh atau tercecer yang tidak hanya di lokasi pengolahan tetapi juga di sepanjang jalan untuk membawanya.

Tak hanya itu, mobil pengangkut sampah juga akan membuat kondisi lalu lintas dan jalan di sekitar wilayah tersebut semakin buruk kondisinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Megapolitan
Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Megapolitan
Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Megapolitan
PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

Megapolitan
Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Megapolitan
Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Megapolitan
DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

Megapolitan
Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Megapolitan
Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Tak Hanya Kader, PKS Juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Tak Hanya Kader, PKS Juga Usulkan Anies dan Eks Kapolda Masuk Bursa Bacagub DKI

Megapolitan
Tak Lagi Dapat 'Privilege' KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Tak Lagi Dapat "Privilege" KTP Jakarta, Warga: Akses Pendidikan dan Kesehatan Jangan Jomplang

Megapolitan
Warga 'Numpang' KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Warga "Numpang" KTP DKI: Pelayanan di Jakarta Itu Enak Banget, Administrasinya Enggak Ribet...

Megapolitan
Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Masuk Bursa Cagub DKI dari PKS, Khoirudin: Saya Kawal dari Dewan Saja...

Megapolitan
Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Maju di Pilkada Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Daftar Lewat Gerindra

Megapolitan
Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang untuk Makan

Pendapatan Ojek Sampan Tak Cukupi Biaya Hidup, Bakar Terpaksa Berutang untuk Makan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com