Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mogok Produksi, Produsen Tahu di Bogor Mengaku Lelah Harga Kedelai Terus Naik

Kompas.com - 21/02/2022, 15:09 WIB
Ramdhan Triyadi Bempah,
Nursita Sari

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Sejumlah perajin tahu tempe di  wilayah Jabodetabek melakukan aksi mogok kerja sebagai bentuk protes terhadap tingginya harga kedelai yang menembus Rp 12.000 per kilogram.

Di Kota Bogor, Jawa Barat, sekitar 100 produsen tahu tempe yang tergabung dalam Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) sepakat melakukan aksi mogok selama tiga hari, terhitung mulai Senin (21/2/2022).

Anggota Puskopti Kota Bogor Suptiadi menuturkan, seruan aksi mogok produksi merupakan instruksi dari Puskopti Jawa Barat.

Suptiadi mengungkapkan, alasan mogok produksi itu karena ada kenaikan harga kedelai yang terus menerus dan tidak terkendali.

Baca juga: Saya Mau Beli Tahu Tempe Kosong Semua, Ikan dan Ayam Mahal, Bingung...

Bahkan, sambung Suptiadi, ada beberapa perajin yang sudah menghentikan sementara produksi tahu tempe sejak beberapa hari lalu.

“Suratnya imbauannya datang minggu lalu dan sudah diedarkan kepada para perajin tahu tempe di Kota Bogor. Intinya kita mendukung mogok produksi selama tiga hari mulai Senin ini,” ucap Suptiadi.

Ia menyerukan kepada seluruh anggota Puskopti Kota Bogor untuk ikut serta dalam aksi mogok produksi sebagai bentuk solidaritas sesama perajin tahu tempe.

Selain itu, Suptiadi meminta maaf kepada masyarakat Kota Bogor apabila dalam beberapa hari ke depan tahu dan tempe akan sulit ditemukan.

"Kami meminta maaf kepada masyarakat. Perajin tahu tempe juga diharapkan bisa menyesuaikan harga sesuai dengan harga terkini," sebutnya.

Baca juga: Jeritan Pedagang Sayur Keliling saat Tahu Tempe Langka, Kita Kewalahan...

Salah satu pemilik pabrik tahu di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Mulyana (60), mendukung dan ikut aksi mogok massal tersebut.

Menurut Mulyana, hal itu adalah bentuk protes dari para perajin tahu tempe yang merasa lelah karena harga bahan baku kedelai yang terus merangkak naik.

“Saya dukung pemogokan asal tidak membawa malapetaka. Namanya juga usaha. Itu bentuk usaha karena kelelahan, merasa tidak mampu, itu bentuk reaksi. Tapi harus ada dampak yang positif,” kata Mulyana.

Mulyana menuturkan, pabrik miliknya yang telah beroperasi sejak 1997 tengah mengalami kendala.

Baca juga: Pedagang Warteg Mengeluh, Keliling Pasar demi Cari Tahu Tempe tapi Stok Kosong

Pertama, pandemi Covid-19 membuat pabrik tahu miliknya kehilangan banyak pelanggan. Sebab, 15 dari 25 restoran yang menjadi pelanggan tetap kini telah bangkrut.

Kenaikan harga kedelai juga turut menambah persoalan. Pada 2021, Mulyana biasa membeli kedelai dengan harga Rp 9.500 per kilogram.

Kini, harga kedelai terus naik hingga hampir menyentuh angka Rp 12.000 per kilogram.

“Sedangkan tahu enggak bisa langsung dinaikin harganya. Jadi lambat laun saya mengurangi karyawan, ngecilin ukuran tahu, dan naikin harga tahu sedikit-sedikit. Saling memaklumi aja,” kata Mulyana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com