BOGOR, KOMPAS.com - Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim meminta masyarakat bersabar atas langkanya ketersediaan tahu dan tempe di pasaran.
Menurut Dedie, ada cara lain yang bisa digunakan masyarakat untuk mengatasi kelangkaan tahu tempe ini yakni dengan mengubah komponen makanan yang dikonsumsi.
Masyarakat bisa mengganti tahu dan tempe dengan makanan yang memiliki sumber protein nabati lainnya.
Baca juga: Jika Harga Kedelai Tak Kunjung Turun, Perajin Ancam Naikkan Harga Tempe Pekan Ini
"Jadi kalau masyarakat membutuhkan protein nabati hal itu bisa diperoleh dari sumber-sumber protein nabati yang lain," ucap Dedie, Senin (21/2/2022).
Dedie mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor sebenarnya sudah mendapatkan informasi dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengenai harga kedelai yang masih tinggi di pasaran saat ini.
Dedie mengungkapkan, tingginya harga bahan baku tahu tempe itu terjadi karena dua hal. Pertama, terjadi persoalan karena sistem distribusi antarnegara terkait kontainer dan pelabuhan.
Kedua, terjadi perubahan masa tanam di Amerika Serikat sehingga mengakibatkan mundurnya masa panen.
"Jadi pada prinsipnya tentu hal ini tidak bisa dikendalikan langsung oleh kita, karena ini semua semata-mata ketergantungan kita kepada pihak importir," ungkap dia.
"Kami juga berharap ke depan, kedelai lokal juga bisa dibudidayakan sehingga hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi," sambung Dedie.
Sementara itu, sejumlah perajin tahu tempe di wilayah Jabodetabek melakukan aksi mogok kerja sebagai bentuk protes terhadap tingginya harga kedelai yang menembus hingga Rp 12.000 per kilogram.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.