Katanya, luapan dari sungai tersebut menjadi penyebab sejumlah titik di Periuk terendam banjir.
“Ada laporan ke saya bahwa di sepanjang Sungai Ciracab itu banyak tanaman yang menghambat aliran sungai itu,” tutur Arief, 23 Februari 2021.
Usai mengetahui mengapa butuh waktu yang lama agar banjir surut, BPBD dan Dinas PUPR Kota Tangerang saat itu membersihkan sejumlah sampah tanaman yang menghambat aliran sungai Ciracab.
Sungai Sarakan yang menyambung ke Sungai Cirarab juga ditemukan banyak endapan lumpur.
Baca juga: Pengamat Sebut Pengerukan Kali Mampang Tidak Efektif Cegah Banjir, Harus Ada Pelebaran
Guna menangani banjir yang kerap muncul, Dinas PUPR Kota Tangerang menggarap 32 program untuk menanggulangi banjr pada pertengahan sampai akhir tahun 2021.
Kabid Tata Air Dinas PUPR Kota Tangerang Iwan Setiawan berujar, dari 32 program, 18 di antaranya adalah pembangunan tanggul sungai.
Saat itu, proses pembangunan 18 tanggul sungai bervariasi, mulai dari 50-80 persen.
"Tanggul sungai masih on progress, bobotnya sudah 50-80 persen," ujar Iwan, 21 Oktober 2021.
Program penanggulangan banjir berikutnya, yakni pembangunan tiga kolam retensi di beberapa wilayah di Kota Tangerang.
Baca juga: Wagub DKI: Tumpukkan Sampah di Jakarta Jadi Salah Sebab Terjadinya Banjir
Adapun kolam retensi adalah kolam yang berfungsi menampung air hujan untuk sementara waktu.
"Program lainnya itu pembangunan satu tanggul di Kali Ledug sepanjang 500 meter di Periuk dan pemasangan pompa listrik dan mechanical electric ada 10 titik," papar Iwan.
Pembangunan 32 program itu menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) murni 2021.
Kepala UPT Periuk BPBD Kota Tangerang, Syahrial memperkirakan, dengan adanya tanggul di Kali Ledug, kawasan di sekitar kali itu tak akan terendam banjir.
Biasanya, kata dia, kawasan permukiman di Kali Ledug terendam banjir imbas dari luapan kali tersebut.
Baca juga: Anggota DPRD DKI: Jangan Sampai Semua Korban Banjir Harus Menuntut Dulu, Baru Bebas Banjir
"Itu (turap di Kali Leduk) kan sedang dibangun, artinya air dari Kali Leduk enggak akan muntah lagi," ujar Syahrial, 21 Oktober 2021.
Polemik lain yang juga muncul pada awal tahun adalah penerapan one way di Jalan Daan Mogot, Kota Tangerang.
Bedanya, polemik ini terjadi pada awal 2022.
Sistem itu menimbulkan polemik lantaran penerapannya justru menimbulkan kemacetan di jalur lain.
One way itu padahal diterapkan dengan tujuan mengurai kemacetan di Jalan Daan Mogot, berdasar pernyataan Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tangerang Wahyudi Iskandar.
Sebelum memutuskan skema tersebut, Dishub Kota Tangerang telah mencoba beberapa upaya untuk mengurai kemacetan di sana.
Baca juga: Fakta One Way Daan Mogot, Diduga Timbulkan Kemacetan di Jalan Lain hingga Disorot Pengamat
Menurut Wahyudi, skema yang tepat untuk mengurai kemacetan adalah penerapan one way.
"Skema satu arah untuk menyelesaikan persoalan kemacetan di jalan Daan Mogot. Sekarang Pemerintah Kota Tangerang mau menyelesaikan itu," ucapnya, 13 Februari 2022.
Dia mengatakan, salah satu penyebab kemacetan itu adalah keberadaan pintu keluar masuk jalan Tol Daan Mogot.
One way akhirnya diujicobakan pada 20 Februari 2022. Usai diujicobakan, kemacetan justru timbul di Jalan Bouraq pada 21 Februari 2022.
Sebelum diterapkan, pengendara dari arah jalan Raya Pantura dapat langsung lurus ke Jalan Daan Mogot.
Baca juga: Bantah Macet di Benteng Betawi Imbas One Way Daan Mogot, Dishub: Penyebabnya Kereta Api