Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Orang Kuat di Balik Penganiayaan Aktivis Haris Pertama dan Pemanggilan Politisi Golkar

Kompas.com - 01/03/2022, 08:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA orang suruhan dari kasus penganiayaan aktivis yang juga Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Haris Pertama adalah hasil sementara penyelidikan Polisi.

Namun belakangan mengemuka, dalang utama dari kasus ini adalah sosok kuat dan berduit. Korban yakin, targetnya mati atau setidaknya cacat.

Bagaimana sesungguhnya kasus ini terjadi?

Senin (21 Februari 2022) pekan lalu, bisa jadi merupakan hari yang terburuk bagi Haris Pertama, aktivis Pemuda berusia 38 tahun ini.

Betapa tidak, rencana pertemuannya dengan sejumlah kawan di rumah makan masakan melayu di Cikini, Jakarta Pusat, tiba-tiba berujung pada serangan membabi buta terhadapnya.

Ia diserang persis setelah turun dari mobilnya dan kemudian dipukuli dalam waktu beberapa menit.

Korban yakin, targetnya mati atau cacat!

"Saya yakin pesannya agar saya mati atau setidaknya, cacat permanen," kata Haris kepada saya di Program AIMAN Kompas TV, yang tayang setiap Senin, pukul 20.30 WIB.

Alasan yang cukup masuk akal, karena selain diteriaki mati dan bunuh, Haris tanpa henti dianiaya sekitar 5 menit hanya di bagian kepala.

Penganiayaan berhenti, saat kawannya yang sudah tiba di rumah makan itu, menyadari bahwa Haris tidak kunjung masuk ke dalam restoran.

Ternyata Haris sebelum turun dari mobil dan dianiaya secara bersama-sama, sempat menuliskan pesan singkat kepada sang teman, dirinya sudah sampai di area parkir rumah makan.

Sang teman keluar dan menemukan Haris dalam kondisi jongkok melindungi kepala dan wajah yang sudah sebagian terluka para dan mengeluarkan darah cukup banyak.

Temannya yang bernama Arga langsung berteriak dan memukul salah satu dari beberapa orang penganiaya Haris hingga mereka seketika kabur tunggang langgang.

Kerja cepat Polisi, berhasil menangkap tiga orang penganiaya Haris dari lima orang yang berada di lapangan saat kasus terjadi.

Belakangan satu orang lainnya menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya.

Ada perintah aniaya Haris

Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Tubagus Ade hidayat mengungkapkan, ada seorang bernama Sarifudin Samual (SS), yang dari hasil penyelidikan ditemukan fakta menyuruh keempat lainnya untuk menganiaya Haris.

"Kemudian SS beri perintah untuk melakukan itu (pengeroyokan)," ungkap Tubagus Ade Hidayat saat jumpa pers terkait kasus ini.

Seluruh penganiaya dan penyuruhnya tidak ada kaitan dan tidak saling mengenal dengan Haris Pertama.

Di sini memunculkan pertanyaan, ada apa dengan Haris? Sementara untuk utang-piutang telah dibantah oleh pihak Kepolisian.

"DC (debt collector) itu pekerjaannya, bukan pekerjaan hariannya. Tetapi bukan berarti harus ada utang, artinya bukan begitu. Yang jelas faktanya pekerjaannya itu," kata Kombes Tubagus Ade Hidayat saat dihubungi wartawan, Kamis (24/2/2022).

"Motif masih kami gali. Nanti pengembangan, nanti akan kami kabarkan," sambungnya.

Ada masalah apa?

Saya mencoba menanyakan kepada Haris. Karena Haris memang dikenal kritis, dan kerap melaporkan sejumlah kasus hukum.

Sebut saja, kasus dugaan suap pajak sebuah Pabrik Gula terkenal, lalu menjadi pelapor kasus dugaan ujaran kebencian, eks Politisi Demokrat Ferdinand Hutahaean yang kasusnya masih bergulir di Pengadilan.

Ia juga menjadi pelapor kasus dugaan ujaran kebencian Abu Janda awal 2021 lalu.

Selain itu, ia dikenal kerap mengkritisi lembaganya sendiri KNPI dan juga Partai Golkar, di mana Haris adalah salah satu kadernya.

Meski demikian, Haris membantah, kasus penganiayaan ini terkait dengan pelaporan yang dilakukannya.

"Saya tidak yakin karena kasus yang saya laporkan (kasus Abu Janda dan Ferdinand Hutahaean)", kata Haris kepada saya di program AIMAN.

Ia justru menduga, penganiayaan ini terkait dengan sikap kritisnya di internal organisasi di mana ia aktif berkiprah. Meski ia tidak mau berspekulasi lebih jauh.

"Saya duga ini terkait dengan organisasi, tapi saya serahkan kepada pihak kepolisian. Saya berharap kasus ini bisa tuntas sampai ke dalangnya!" kata Haris.

Lepas dari spekulasi apa pun, ada fakta dari para penganiaya yang tidak mengenal, tidak terkait utang-piutang, dan ada indikasi bayaran.

Memang sulit untuk disimpulkan bahwa kasus ini hanya berhenti di orang-orang yang telah ditangkap.

Aziz Samual dipanggil polisi

Belakangan beredar surat pemanggilan Politisi Golkar, Aziz Samual sebagai saksi dalam kasus pengeroyokan yang menyebabkan luka di bagian kepala Haris.

Apakah ada kaitan karena memiliki nama belakang yang sama dengan salah satu tersangka, yakni Sarifudin Samual?

Polisi tentu harus terus mendalami, adakah keterkaitan di antaranya. Meski secara logika hal ini tergolong kasus yang mudah untuk menemukan siapa dalangnya.

Pasti ada jejak yang tertinggal, entah itu jejak komunikasi, apalagi ditambah pengakuan dari tersangka yang sudah ditangkap.

Apa pun yang terjadi, tidak boleh karena ada perbedaan pendapat, lalu ada serangan layaknya preman.

Jika ini tidak dituntaskan, maka akan luntur nilai Demokrasi yang selama ini terus dijaga. Jangan sampai kemudian ia berganti menjadi hukum rimba.

Siapa yang kuat dengan segala cara, maka dia yang akan berkuasa!

Saya Aiman Witjaksono...
Salam!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com