Akhirnya Hafitd mau keluar. Di situ dia bilang dia enggak enak karena dia enggak punya cukup kekuatan untuk bertemu saya. Di sana saya nasihati dia. Banyaklah yang saya sampaikan saat itu.
Baca juga: Penganiayaan 26 Jam oleh Sepasang Kekasih yang Terbakar Cemburu hingga Bunuh Ade Sara
Kenapa sebegitu gigihnya ingin bertemu Hafitd?
Elisabeth: Kan ada orang yang bilang, "saya maafkan, tapi saya enggak mau bertemu lagi". Kan ada tuh yang seperti itu. Tapi iman kekristenan saya menganggap yang seperti itu bukan memaafkan. Kalau kamu memaafkan, kamu mengasihi dia. Itu dorongan kuat saya ingin bertemu Hafitd.
Sekarang sudah cukup lama juga tidak bertemu karena pandemi. Terakhir bertemu itu yang sebelum pandemi.
Suroto: Mungkin bagi orang aneh, keluarga korban dan pelaku saling bertemu. Tetapi ajaran kami mengajarkan bahwa kasih bukan kata sifat, tetapi kata kerja. Harus dikerjakan agar ada artinya.
Apakah sempat menjenguk Assyifa juga?
Suroto: Kalau Assyifa, kami dengan dia dan keluarganya juga tidak ada kontak apa-apa. Sempat dijembatani beberapa pihak (untuk bisa menjenguk Assyifa), tetapi tidak berhasil. Sampai ke psikiater Assyifa juga belum berhasil.
Apakah Bapak dan Ibu juga masih berhubungan dengan keluarga Hafitd?
Suroto: Lebaran tahun lalu kami sempat ke tempat orangtua Hafitd. Dan sebenarnya Natal kemarin juga mereka ingin ke rumah kami, cuma buya (panggilan ayah Hafitd) sedang sakit dan tidak bisa ditinggal. Jadinya Umi (panggilan ibu Hafitd) tidak bisa ke sini. Mereka kirim makanan.
Istri saya pernah ketemu beberapa kali saat nengok Hafitd. Pernah dikasih rendang juga. Kalau dengan keluarga Assyifa sampai saat ini lost contact karena Assyifa belum pernah mau ditemui juga.
Elisabeth: Saya bisa punya kontak umi, mamanya Hafitd, karena bertemu waktu saya nengok Hafitd.
Suroto dan Elisabeth mengakhiri perbincangan hari itu dengan menceritakan hal-hal yang membuat mereka semakin kuat.
Bagi Suroto dan Elisabeth, dukungan untuk keluarganya yang tak pernah putus membantunya melewati masa-masa kelam.
"Kami melewati masa itu. Kadang temannya Sara juga suka ke sini, kadang kirim makanan. Kalau mereka menikah, mereka undang kami. Itu penghiburan buat kami. Sara enggak ada tapi mereka masih peduli sama kami," ujar Suroto.
Keyakinan bahwa apa yang telah mereka lakukan sesuai dengan yang diajarkan juga menjadi kekuatan untuk memaafkan Hafitd dan Assyifa.
"Tuhan aku berusaha jadi orang yang benar menurut Tuhan. Aku memaafkan," kata Elisabeth.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.