TANGERANG, KOMPAS.com - Sejumlah calon penumpang pesawat dari Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, mendukung penghapusan kewajiban membawa hasil tes antigen atau PCR sebagai syarat perjalanan.
Peraturan itu mulai berlaku di Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa (8/3/2022) sore.
Adapun penumpang yang tak wajib membawa hasil tes Covid-19 merupakan mereka yang sudah divaksinasi dosis dua atau tiga (booster).
Anggani (26), seorang calon penumpang, mendukung penghapusan hasil tes antigen dan PCR karena alasan ekonomi.
"Untuk masalah biaya meringankan ya, apa lagi sekarang kita vaksin juga sudah sampai ditahap booster," sebutnya saat ditemui di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (9/3/2022).
"Jadi kalau misal sudah vaksin, ya enggak apa-apa kalau enggak PCR atau antigen," sambung Anggani.
Selain itu, menimbang faktor penumpang pesawat yang mungkin tergolong berekonomi menengah ke bawah, ia mendukung penghapusan tersebut.
Baca juga: Cerita Penumpang Tak Bawa Hasil Tes Covid-19 Saat Aturan Baru Penerbangan Belum Berlaku
"Penumpang juga ibaratnya yang kerja dengan gaji yang di bawah, harus pulang dengan biaya yang tidak sedikit kan, kasian juga nambahnya untuk tes (Covid-19)," ujar perempuan yang mengaku sudah divaksinasi booster itu.
Di sisi lain, Anggani mengaku khawatir saat berada di satu pesawat dengan penumpang yang tak terindentifikasi positif atau negatif Covid-19.
Karena itu, menurut dia, protokol kesehatan seperti mengenakan masker merupakan hal yang masih wajib dilakukan
Baca juga: Syarat Lengkap Naik Pesawat, Kereta, dan Kapal: Tanpa PCR/Antigen, Wajib Masker 3 Lapis
"Pasti khawatir ya kalau dari kesehatan, tapi balik lagi prokesnya gimana, jaga jarak kalau menurut aku. Penggunaan masker juga penting banget ya di dalam pesawat," ucap dia.
Asmara, yang juga penumpang pesawat, turut mendukung penghapusan hasil tes antigen dan PCR.
"Menyambut baik ya, senang juga," tuturnya saat ditemui di lokasi yang sama.
Menurut dia, pemerintah pusat mulai menghapuskan peraturan soal wajib membawa hasil tes Covid-19 lantaran situasi pandemi saat ini yang sudah membaik.
Di satu sisi, penghapusan hasil tes PCR atau antigen itu memengaruhi faktor ekonomi penumpang pesawat.
"Tentu sangat membantu karena antigen itu tidak murah juga bagi sebagian orang. Di beberapa tempat mungkin harga tes antigen masih ada yang Rp 100.000," papar pria 50 tahun itu.
Asmara mengaku penghapusan hasil tes Covid-19 ini sangat memengaruhi kondisi keuangannya.
Sebab, ia kerap menggunakan pesawat untuk urusan pekerjaannya.
"Sering naik pesawat, hampir setiap minggu atau dua minggu sekali. Kebutuhan kerja," katanya.
Akan tetapi, dia mengaku merasa sedikit khawatir karena akan menggunakan pesawat bersama dengan penumpang yang tidak menjalani tes Covid-19.
Asmara mengaku tetap tes antigen meski tak lagi diwajibkan.
"Kalau kekhawatiran ya ada sedikit, kalau khawatir banget ya saya enggak terbang. Kayak saya ini tetap antigen. Di PeduliLindungi ada hasil antigen walau sudah vaksin dosis dua," urainya.
Penumpang lain bernama Irfan (27) juga menyetujui penghapusan hasil tes PCR atau antigen.
Hal yang terpenting, menurut dia, adalah penerapan protokol kesehatan selama di perjalanan.
"Untuk perjalanan setuju (tes Covid-19 dihilangkan), yang penting protokol kesehatan tetap dilakukan secara ketat," ucapnya.
Di sisi lain, Irfan tak menampik bahwa ada kekhawatiran atas penerapan peraturan baru itu.
Akan tetapi, karena sudah divaksinasi Covid-19, kekhawatirannya pun berkurang.
"Dulu sih awal-awal pandemi agak khawatir ya keluar atau ketemu banyak orang, tapi sekarang udah lebih tenang semenjak sudah vaksin," paparnya.
Menurut dia, keputusan pemerintah yang menghapuskan tes PCR atau antigen dapat diartikan bahwa kondisi pandemi saat ini tak terlalu mengkawatirkan lagi.
Irfan kembali menyebutkan bahwa protokol kesehatan merupakan hal yang wajib terus dilaksanakan penumpang pesawat.
"Asal ya tetap harus jaga protokol kesehatan bagaimana pun. Meski sudah vaksinasi, enggak menutup kemungkinan kita terpapar," urainya.
Rizki (30), merupakan penumpang pesawat yang cenderung netral atas penghapusan tes Covid-19.
"Enggak bisa dibilang kebijakan yang baik atau tidak baik. Kalau memang akhirnya akan dihapuskan dengan syarat minimal vaksin dua kali dan booster, kenapa enggak dari awal," papar Rizki.
Akan tetapi, dia tetap menghargai kebijakan tersebut.
Sebab, keputusan itu dapat meringankan beban penumpang pesawat lantaran harus mengeluarkan biaya lebih untuk tes PCR atau antigen.
"Saya sangat menghargai keputusan pemerintah yang lebih meringankan beban para penumpang. So far, saya menghargai banget," urai Rizki.
Dia berharap, dengan adanya peraturan itu, aktivitas warga dapat kembali seperti sebelum virus Covid-19 merebak di Indonesia.
"Mudah-mudahan dengan adanya keputusan baru ini, warga bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala dan pemulihan ekonomi lebih cepat," kata Rizki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.