JAKARTA, KOMPAS.com - DKI Jakarta kembali menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2 selama sepekan, terhitung sejak Selasa (8/3/2022).
Pemberlakuan PPKM level 2 di Jakarta tertuang dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 15 Tahun 2022 tentang PPKM Level 4, 3, dan 2 di Jawa dan Bali.
Selain Jakarta, PPKM level 2 juga berlaku di Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Sebelumnya, Jabodetabek menerapkan PPKM level 3 dengan pembatasan lebih ketat karena adanya lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Omicron.
Namun pemerintah mengklaim saat ini situasi telah membaik sehingga wilayah aglomerasi itu kembali ke level 2.
Baca juga: PPKM Level 2 di Jakarta, Benarkah Situasi Sudah Membaik?
Dengan turunnya level PPKM dari level 3 ke level 2, masyarakat di Jakarta dan sekitarnya pun kini sudah bisa beraktivitas dengan lebih leluasa beraktivitas.
Aturan pembatasan ketat yang diterapkan untuk mencegah penularan Covid-19 kini sudah menjadi lebih longgar.
Misalnya, perusahaan sektor non esensial kini bisa menerapkan bekerja dari kantor atau work from office (WFO) dengan kapasitas maksimal 75 persen, dari sebelumnya hanya 50 persen.
Transportasi umum juga bisa beroperasi dengan kapasitas 100 persen. Saat PPKM level 3, transportasi umum hanya boleh mengangkut penumpang maksimal 70 persen dari total kapasitas.
Baca juga: Jakarta PPKM Level 2, Transportasi Umum Beroperasi dengan Kapasitas 100 Persen
Meski demikian, pelonggaran aturan itu juga berdampak pada penegakan protokol kesehatan yang juga makin longgar.
Misalnya protokol untuk menjaga jarak, kini tak lagi diterapkan di KRL Commuter Line Jabodetabek.
Sejak Rabu (9/3/2022) kemarin, petugas sudah mencabut seluruh tanda marka jaga jarak yang ada di tempat duduk gerbong KRL.
Aturan pencabutan marka jaga jarak di bangku penumpang KRL ini tertuang dalam Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 25 Tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri Dengan Transportasi Perkeretaapian Pada Masa Pandemi Covid-19.
"Petugas KAI Commuter telah mencabut dan membersihkan tempat duduk di KRL dari marka jaga jarak yang sebelumnya ada," jelas VP Corporate Secrectary KAI Commuter, Anne Purba dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/3/2022).
Baca juga: Tak Ada Lagi Jaga Jarak di Kursi KRL, Penumpang: Masih Insecure
Penumpang pun kini bisa duduk saling berdempetan satu sama lain.
Pantauan Kompas.com di Stasiun Bekasi, tampak penumpang duduk berdekatan tanpa jarak di dalam kereta. Sekitar lima hingga enam orang duduk mengisi bangku yang tersedia dalam satu baris tempat duduk.
Untuk penumpang KRL yang berdiri, marka untuk menjaga jarak memang masih terpasang. Namun pada jam-jam padat marka jaga jarak itu juga kerap tak dipatuhi karena ramainya penumpang di dalam gerbong.
Baca juga: Tanda Jaga Jarak di Kursi Kereta Dicabut, Penumpang dari Stasiun Bekasi Duduk Berdempetan
Di tengah terus melonggarnya aturan pembatasan dan penerapan protokol kesehatan, kabar kurang baik juga datang dari capaian vaksinasi.
Angka vaksinasi booster atau vaksin ketiga yang bisa meningkatkan kekebalan apabila tertular virus corona masih rendah.
Antusiasme masyarakat Jakarta untuk mendapatkan vaksin booster tidak setinggi saat pelaksanaan vaksin pertama atau pun kedua. Hal ini diakui oleh Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti.
"Booster kita ini animonya belum setinggi seperti vaksin primer ya, vaksin dosis 1-2," ujar dia, Rabu kemarin.
Baca juga: Pemprov DKI Ungkap Alasan Rendahnya Vaksinasi Booster di Jakarta
Padahal, vaksinasi ini penting tak hanya untuk meningkatkan kekebalan individu, tapi juga kekebalan kelompok.
Berdasarkan data Dinkes DKI Jakarta per 7 Maret 2022, vaksin Covid-19 dosis kedua sudah diterima oleh 10.441.462 orang, sebanyak 72 persen di antaranya ber-KTP DKI dan sisanya non-DKI.
Sedangkan capaian vaksinasi dosis pertama sudah berada di angka 12.414.916.
Sementara untuk dosis ketiga, baru ada 1.471.585 orang yang sudah divaksinasi booster, dengan rincian 82.763 tenaga kesehatan dan 1.388.832 warga biasa.
Baca juga: Jakarta Kembali PPKM Level 2, Anies Minta Vaksinasi Booster untuk Lansia Digenjot
Widya menduga, animo masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi booster masih terbilang rendah karena banyak warga yang memilih-milih merk vaksin.
Di sisi lain, sentra vaksinasi di DKI tak bisa melayani permintaan warga untuk menyediakan merk vaksin tertentu karena stok vaksin datang dari Kementerian Kesehatan.
Widya pun mengingatkan ke masyarakat, sebenarnya tak ada perbedaan signifikan antara merk vaksin booster satu dan lainnya.
"Jadi kita jangan membeda-bedakan jenis vaksin. Apapun jenis vaksin selama tidak ada kontraindikasi tentunya aman untuk diberikan," kata Widya.
Baca juga: Dinkes DKI Jakarta Imbau Masyarakat Tidak Pilih-pilih Vaksin Booster
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.