JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota DPRD DKI Jakarta Johnny Simanjuntak mengatakan, warga Marunda, Cilincing Jakarta Utara sempat mengadu ke Pemprov DKI Jakarta terkait gangguan abu batu bara di dekat SDN 05 Marunda.
Namun Johnny menyebut Pemprov DKI Jakarta tidak mampu untuk mengatasi pencemaran debu batu bara tersebut.
"Mereka (warga) sudah mengadu kemana-mana bahkan Pemprov DKI Jakarta melalui perangkatnya, sudah tidak mempunyai kemampuan untuk mengatasi itu," tutur Johnny dihubungi melalui telepon, Minggu (13/3/2022).
Baca juga: Sudin LH Jakarta Pusat Akan Tindak Pelaku Pencemaran Lingkungan di Jakarta Pusat
Karena tidak mendapat respons positif, Johnny kemudian mengajak Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti ke lokasi.
Karena dari aduan warga, kata Johnny, banyak anak-anak yang terjangkit penyakit pernapasan karena pencemaran debu batu bara tersebut.
"Saya bawalah bu Retno, karena berakibat juga kepada ibu dan anak di situ," tutur dia.
Johnny menyayangkan sikap Pemprov DKI Jakarta yang tidak melakukan usaha maksimal agar pencemaran debu tidak terjadi.
Menurut dia, apabila tidak bertindak cepat, Pemprov DKI di masa Gubernur Anies Baswedan seolah-olah tidak mau melindungi warganya.
"Harusnya mereka dilindungi melalui perangkat-perangkatnya (Pemprov DKI)," tutur dia.
Padahal peristiwa pencemaran debu batu bara tersebut sudah berjalan sejak 2019 lalu.
Dia meminta Pemprov DKI tak tinggal diam agar pencemaran bisa segera teratasi dan tidak ada lagi warga yang terdampak penyakit akibat debu batu bara.
Sebelumnya, Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan akan melakukan pengawasan terhadap sekolah yang terdampak abu batu bara yaitu SDN Marunda 05, SMPN 290 Jakarta dan SLB Negeri 08 Jakarta Utara.
Lokasi sekolah berdekatan dengan aktivitas pengolahan gunungan batu bara yang dapat disaksikan dari lantai 4 SMPN 290 Jakarta.
Baca juga: KPAI Terima Laporan Soal Anak-anak Rusun Marunda Tercemar Abu Batu Bara
"Para guru dan kepala sekolah tersebut mengaku bahwa abu batu bara sangat mengganggu aktivitas di sekolah. Debu di lantau harus disapu dan dipel sedikitnya empat kali selama aktivitas pembelajaran tatap muka berlangsung dari pukul 06.30 sampai 13.00 WIB," ucap Retno, Kamis (10/3/2022).
Tingkat keparahan pencemaran debu batu bara tersebut diketahui memakan korban pada anak-anak.
Salah satu anak warga Rusun Marunda disebut sempat mengganti kornea mata dari donor mata yang diduga kuat disebabkan oleh abu batu bara.
"Ketika tahun 2019, anak yang kerap bermain di RPTRA mengaku matanya sakit dan mengeluarkan air terus. Dia mengucek matanya karena gatal dan diduga kuat partikel halus dari abu batu bara mengenai mata si anak," kata Rento.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.