Selain membangun fasilitas sanitasi yang layak secara fisik, kata Benyamin, ada juga penanganan dari sisi medis dan budaya.
Sebab, menurut Benyamin, bukan hanya faktor kemiskinan yang menyebabkan warga melakukan BABS, tetapi juga karena hal itu sudah menjadi kebiasaan buruk warga.
"Kalau sisi medis, kami minta teman-teman di puskesmas untuk melakukan sosialisasi," kata dia.
"Sisi budayanya ini peran para tokoh masyarakat, peran lurah untuk edukasi meninggalkan kebiasaan BABS," lanjut Benyamin.
Baca juga: Masih Banyak Warga Gunakan Jamban Helikopter, Pemkot Tangsel Akan Bangun Fasilitas Sanitasi Komunal
Jamban menurut KBBI artinya tempat buang air atau kakus.
Sementara itu, helikopter adalah pesawat udara dengan baling-baling besar di atas yang berputar horizontal lalu mempercepat massa udara ke arah bawah, dengan demikian memperoleh reaksi berupa gaya angkat.
Lalu, kenapa jamban apung dinamakan jamban "helikopter"?
"Karena dulunya, bukan di Tangsel ya, waktu masih pedesaan itu biasanya di atas empang ikan tempat BAB-nya. Di bawahnya ada ikan lele atau ikan piaraan," jelas Benyamin.
"Karena dia di ketinggian, makanya disebut 'helikopter', karena di atas empang, hanya ditutupi bilik saja," lanjut dia.
Jamban "helikopter" atau jamban apung yang umumnya didirikan menggunakan kayu di atas kali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.