Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Ribuan Warga Tangsel Masih Gunakan Jamban "Helikopter" karena Tak Punya Fasilitas Sanitasi Memadai...

Kompas.com - 16/03/2022, 11:58 WIB
Annisa Ramadani Siregar,
Nursita Sari

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Sanitasi masih menjadi salah satu permasalahan yang terjadi di wilayah Tangerang Selatan.

Wilayah yang terdiri dari tujuh kecamatan ini dibentuk sebagai daerah otonom pada 26 November 2008.

Di usia Kota Tangsel yang sudah 13 tahun, masih banyak warga yang tidak memiliki fasilitas sanitasi layak.

Warga pun akhirnya menggunakan jamban "helikopter" atau jamban apung

Ribuan warga Tangsel masih gunakan jamban "helikopter"

Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie menyebutkan, ada sekitar 1.700 kepala keluarga (KK) yang tidak memiliki fasilitas sanitasi pembuangan air yang layak di Tangsel.

Jumlah KK yang tidak memiliki sanitasi pembuangan air saat ini berkurang dibandingkan data pada 2021, yakni 1.824 KK.

Hal itu karena Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel telah membangun fasilitas sanitasi komunal yang layak untuk 124 KK di 100-150 lokasi.

Baca juga: Wali Kota Sebut Ada 1.700 KK di Tangsel yang Masih Gunakan Jamban Helikopter

Pembangunan fasilitas sanitasi komunal menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tahun 2021.

"Total dari awal pendataan dari tahun kemarin kami lakukan alokasi anggaran pembangunannya di beberapa tempat. Data sekarang sekitar 1.700-an (KK yang belum punya fasilitas sanitasi layak)," ungkap Benyamin saat dihubungi, Selasa (15/3/2022).

Terbanyak di Kecamatan Setu

Benyamin mengatakan, warga kecamatan Setu paling banyak menggunakan jamban "helikopter" di Tangerang Selatan.

"Di Setu paling banyak, sekitar 420-an (KK)," kata Benyamin.

Angka itu sekitar 24,7 persen dari total warga yang tidak punya fasilitasi sanitasi layak, yakni 1.700 KK.

Pemkot akan terus bangun fasilitas sanitasi komunal

Karena banyaknya warga tak punya fasilitas sanitasi memadai, Pemerintah Kota Tangsel mengupayakan berbagai penanganan agar warganya tidak buang air besar sembarangan (BABS).

"Secara fisik konstruksi kami bangunkan bagi warga yang punya lahan di rumahnya, tapi bagi yang tidak punya lahan, kami desain misalnya menjadi bilik komunal 2-3 rumah tangga itu satu tempat BAB," ujar Benyamin.

Ia memastikan akan terus membangun fasilitas sanitasi komunal, baik menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) maupun melalui program bantuan pihak ketiga seperti dana corporate social responsibility (CSR) dan Baznas.

Baca juga: Wali Kota Tangsel Sebut Warga Kecamatan Setu Paling Banyak Gunakan Jamban Helikopter

Selain membangun fasilitas sanitasi yang layak secara fisik, kata Benyamin, ada juga penanganan dari sisi medis dan budaya.

Sebab, menurut Benyamin, bukan hanya faktor kemiskinan yang menyebabkan warga melakukan BABS, tetapi juga karena hal itu sudah menjadi kebiasaan buruk warga.

"Kalau sisi medis, kami minta teman-teman di puskesmas untuk melakukan sosialisasi," kata dia.

"Sisi budayanya ini peran para tokoh masyarakat, peran lurah untuk edukasi meninggalkan kebiasaan BABS," lanjut Benyamin.

Baca juga: Masih Banyak Warga Gunakan Jamban Helikopter, Pemkot Tangsel Akan Bangun Fasilitas Sanitasi Komunal

Apa itu jamban "helikopter"?

Jamban menurut KBBI artinya tempat buang air atau kakus.

Sementara itu, helikopter adalah pesawat udara dengan baling-baling besar di atas yang berputar horizontal lalu mempercepat massa udara ke arah bawah, dengan demikian memperoleh reaksi berupa gaya angkat.

Lalu, kenapa jamban apung dinamakan jamban "helikopter"?

"Karena dulunya, bukan di Tangsel ya, waktu masih pedesaan itu biasanya di atas empang ikan tempat BAB-nya. Di bawahnya ada ikan lele atau ikan piaraan," jelas Benyamin.

"Karena dia di ketinggian, makanya disebut 'helikopter', karena di atas empang, hanya ditutupi bilik saja," lanjut dia.

Jamban "helikopter" atau jamban apung yang umumnya didirikan menggunakan kayu di atas kali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendaftaran PPK Pilkada Depok 2024 Dibuka, Berikut Syarat dan Ketentuannya

Pendaftaran PPK Pilkada Depok 2024 Dibuka, Berikut Syarat dan Ketentuannya

Megapolitan
Gibran Sambangi Rusun Muara Baru Usai Jadi Wapres Terpilih, Warga: Ganteng Banget!

Gibran Sambangi Rusun Muara Baru Usai Jadi Wapres Terpilih, Warga: Ganteng Banget!

Megapolitan
Sespri Iriana Jokowi hingga Farhat Abbas Daftar Penjaringan Cawalkot Bogor dari Partai Gerindra

Sespri Iriana Jokowi hingga Farhat Abbas Daftar Penjaringan Cawalkot Bogor dari Partai Gerindra

Megapolitan
Pria Terseret 150 Meter saat Pertahankan Mobil dari Begal di Bogor

Pria Terseret 150 Meter saat Pertahankan Mobil dari Begal di Bogor

Megapolitan
Mangkirnya Terduga Penipu Beasiswa S3 Filipina, Terancam Dijemput Paksa Apabila Kembali Abai

Mangkirnya Terduga Penipu Beasiswa S3 Filipina, Terancam Dijemput Paksa Apabila Kembali Abai

Megapolitan
Apesnya Anggota Polres Jaktim: Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi, padahal Tengah Antar Mobil Teman

Apesnya Anggota Polres Jaktim: Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi, padahal Tengah Antar Mobil Teman

Megapolitan
Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Megapolitan
14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

Megapolitan
BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

Megapolitan
Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Megapolitan
Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Megapolitan
Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Pembatasan Kendaraan Dianggap Bisa Kurangi Macet Jakarta, Asalkan Transportasi Publik Baik

Megapolitan
Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Buang Pepaya karena Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Rugi Besar

Megapolitan
Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Gara-gara Sakit Hati, Seorang Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com