Akibatnya, kotoran langsung disalurkan ke empang ataupun selokan yang bermuara ke sungai dan kemudian laut.
"Dulu pakai jamban 'helikopter' karena enggak punya WC. Sekarang sudah buang air di WC rumah, tapi enggak punya septic tank. Jadi buang kotorannya ke empang," ujar warga bernama Nuah (38) saat ditemui, Rabu.
Baca juga: Berbagai Sebutan Unik Jamban Apung, dari Helikopter, Becak, hingga Telepon Umum
Menurut Nuah, ada beberapa warga lain yang juga menerapkan cara serupa. Nuah mengaku tidak memiliki sistem sanitasi yang layak karena terkendala biaya.
"Sebenarnya kalau ada yang gerakin, misalnya gratis dari pemerintah, ya mau banget. Sekarang langsung saja dibongkar (salurannya) dibikin septic tank," lanjutnya.
Haerudin juga memiliki kamar mandi sendiri di rumahnya. Saluran pembuang kotorannya tidak dialirkan ke empang, melainkan ke selokan.
"Saya sanitasinya langsung ke selokan ngalir, enggak ada septic tank," ucap Haerudin.
Ia mengaku tidak memiliki septic tank karena terkendala biaya.
"Butuh berapa juta itu kan. Saya sih mikirnya gini, kalau ada yang gratis kenapa harus nyari yang mahal. Enggak mampu, mungkin ya," tutur Haerudin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.