JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Sekolah SDN 05 Marunda Jakarta Utara Purwatiningsih mengaku terkejut ketika pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolahnya dibuka kembali pada Januari 2022.
Setelah tak digunakan sekitar dua tahun, di area sekolah muncul debu-debu berwarna hitam.
Debu tersebut merupakan abu batu bara yang berasal dari pencemaran udara PT Karya Citra Nusantara (KCN) yang dekat dari lingkungan sekolahnya.
Baca juga: Polusi Debu Batu Bara Kian Mengganggu Aktivitas Sekolah di Marunda
Dia mengatakan, sudah dua tahun lamanya sekolah satu atap yang terdiri dari SDN 05 Marunda, SMPN 209 Jakarta, dan SLBN 08 Jakarta itu melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
"Selama 2 tahun PJJ, belajar di rumah tidak tahu (ada polusi debu batubara), begitu kemarin masuk bulan Januari kok ini (letak gunungan batubara PT KCN) deket banget. Di sini pinggir laut, angin pasti, enggak ada debu itu kalau hujan doang," kata Purwatiningsih, Senin (21/3/2022).
Purwatiningsih mengatakan, pihaknya setiap hari membersihkan area sekolah tak cukup empat kali.
Akibat debu-debu batu bara itu, pihak sekolah menjadi lebih sering menyapu dan mengepel.
Purwatiningsih mengatakan, semula lokasi gunungan batubara PT KCN itu berada jauh dari lokasi sekolah.
Baca juga: Terdampak Polusi Abu Batu Bara, Warga Marunda Derita Iritasi hingga Gangguan Pernapasan
Namun, kini gunungan batu bara tersebut semakin banyak dan letaknya semakin mendekat ke area sekolah.
Bahkan, dari ruangannya yang berada di lantai 3, gunungan batu bara itu terlihat jelas dan cukup dekat.
Tak hanya itu, di sisi-sisi jendela ruangannya pun tampak debu-debu hitam yang berasal dari gunungan batubara itu.
"Tadinya letaknya tidak dekat, agak jauh. Paling kalau angin yang benar-benar besar, kami baru kena. Sekarang ini di belakang persis, kelihatan banget dari jendela. Tumpukannya banyak dan semakin banyak," kata dia.
Purwatiningsih berharap agar pencemaran lingkungan itu bisa segera diatasi.
Baca juga: KPAI Minta Pemprov DKI Awasi Pelaksanaan Sanksi PT KCN soal Dampak Abu Batu Bara
Dia mengatakan, pihaknya tidak menuntut banyak dan hanya menginginkan agar aktivitas sekolah bisa kembali aman dan nyaman tanpa gangguan lingkungan yang diam-diam menggerogoti kesehatan guru dan murid.
"Jadi aktivitas kami jelas-jelas terganggu bahkan murid kami ada yang sampai kena mata. Enggak tahu debunya debu apa, tapi kalau debu biasa kok parah dan fatal banget. Sementara ini yang kami alami agak batuk, sesak, pedih di mata, pusing," kata dia.