Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemkot Jakbar Uji 300 Sampel Bahan Pangan di Pasar Tradisional Grogol Petamburan

Kompas.com - 23/03/2022, 20:07 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 300 sampel bahan pangan dari lima pasar tradisional di wilayah Grogol Petamburan, Jakarta Barat, diambil untuk dilakukan uji kelayakan kualitas, pada Rabu (23/3/2022).

Kepala Seksi Ketahanan Pangan dan Perikanan Sudin KPKP Jakarta Barat, Sri Riana Hanum mengatakan, pengujian ini dilakukan guna memastikan kualitas pangan menjelang bulan Ramadhan.

Sebanyak 300 sampel bahan pangan tersebut diambil dari Pasar Tomang Barat, Pasar Grogol, Pasar Timbul Barat, Pasar Duta Mas, dan Pasar Jelambar Polri.

Baca juga: Antisipasi Aksi Tawuran Jelang Ramadhan, Remaja di Tambora Jakbar Didata dan Dibina

"Masing-masing pasar diambil sebanyak 60 sampel yang diambil secara acak, dan total keseluruhan ada 300 sampel," kata Sri kepada wartawan, Rabu.

Sampel yang diambil terdiri dari berbagai komoditi pangan, seperti produk pertanian segar, peternakan, dan perikanan.

"Komoditi yang diambil adalah komoditi produk pertanian segar, berupa sayur dan buah. Kalau perikanan itu terdiri dari ikan segar, ikan olahan, ikan asin. Sedangkan peternakan sendiri itu daging ayam, daging sapi, dan usus," jelas Sri.

Ia mengatakan, proses pengujian dapat selesai dengan cepat dengan metode rapid tes.

"Proses pengujian secara rapid tes, pengujian cepat, kalau untuk 60 komoditas itu satu jam waktunya," pungkas Sri.

Baca juga: Jelang Ramadhan, Pemkot Jakarta Barat Periksa Kualitas Bahan Pangan di Pasar Tradisional

Jika nantinya ada temuan bahan pangan yang tidak layak jual, Sri menyebut akan memberi sanksi tegas.

"Sanksi tegasnya berupa, jika baru pertama kali, maka produknya kita ambil semuanya, dimusnahkan. Kalau sampai dua kali, dia tidak boleh berjualan beberapa hari. Kalau tiga kali, maka dicabut izin dagangnya, kita tutup lapaknya, dia tidak boleh jualan lagi," tegas Sri.

Sri menjelaskan, biasanya bahan pangan yang rawan mengandung zat berbahaya yaitu ikan asin.

"Biasanya itu yang sering terjadi adalah di ikan asin, formalin. Jika ketahuan, kita panggil kepala pasar dan pedagang untuk dilakukan pembinaan. Kemudian kita lakukan penelusuran dari mana bahan itu diambil," jelas Sri.

Kendati demikian, ia mengatakan kejadian itu jarang terjadi di wilayah Jakarta Barat.

Baca juga: Jelang Ramadhan, Satpol PP Petakan Wilayah di Bekasi yang Marak PMKS

"Dari tahun tahun sebelumnya, Alhamdulillah, Jakarta Barat hasilnya aman," imbuh dia.

Ia pun mengimbau kepada para pedagang untuk menjadi pedagang yang jujur dan cerdas dalam memilih bahan pangan yang akan dijual.

"Para pedagang itu harus menjadi pedagang yang cerdas. Pedagang yang bisa menjaga keamanan pangan, karena pangan ini langsung dikonsumsi oleh masyarakat dan itu adalah suatu penting sekali," tutup Sri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Teralisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Teralisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com