JAKARTA, KOMPAS.com - Kampung Boncos, permukiman warga di Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat, telah lama dikenal sebagai wilayah peredaran narkoba.
Sebut saja Ulam, salah satu warga yang sudah puluhan tahun tinggal di permukiman tersebut.
Ulam menyaksikan sendiri perjalanan Kampung Boncos dari yang awalnya merupakan lapak jual beli rongsok hingga dikenal sebagai kampung narkoba.
Menurut pengakuannya, tak heran jika Kampung Boncos dilabeli dengan julukan kampung narkoba. Pasalnya, bisnis narkoba di sana cukup terbuka.
"Kalau ditanya warga, mereka mungkin tahu siapa saja pengedarnya. Karena mereka (pengedar melakukan) transaksinya itu bebas, sangat bebas. Mereka melakukannya di depan warga, di depan anak-anak, itu sudah terbiasa," kata Ulam yang enggan disebutkan nama aslinya.
Baca juga: Saat Polisi Ubrak-abrik Sarang Narkoba di Kampung Ambon, Bahari, dan Boncos...
Menurut Ulam, para pengedar maupun bandar narkoba di sana bukanlah warga setempat.
"Bandar itu bukan orang sini, mereka cuma jual kemari. Namun, tidak menutupi, ada juga warga yang ikut membantu jaringan itu, hingga menjadi pemakai juga," ujar Ulam.
Kendati demikian, Ulam menyebutkan, warga tidak bisa asal sebut pemain di jaringan tersebut.
Menurutnya, warga juga tidak berani bertindak banyak. Sebab, warga cukup takut untuk melawan sendiri.
"Warga juga enggak berani, takut," ungkap Ulam.
Baca juga: Seribu Upaya Jaringan Narkoba Hindari Polisi di Kampung Ambon, Boncos, dan Bahari
"Padahal kami juga sebenarnya sudah dibina oleh BNN juga, tapi sampai saat ini ya begini keadaannya," lanjut dia.
Menurut Ulam, warga sudah paham betul, jika berani melawan atau mengganggu bisnis para pengedar, maka ketenangan warga tinggal di sana akan terganggu.
Ia mencontohkan, jika mengusik, warga bisa mendapat ancaman-ancaman dari jaringan tersebut. Ancaman itu bukan hanya secara verbal, tetapi juga menggunakan senjata tajam.
"Soal teror itu sudah biasa bagi saya pribadi, tapi saya memikirkan keluarga. Kasihan keluarga saya," kata Ulam.
Baca juga: Sudah Dirobohkan, Hotel 10.000 Tempat Nyabu di Kampung Boncos Berdiri Lagi
Kendati demikian, ia mengaku selama ini belum pernah mendapat perlakuan melebihi ancaman.
"Tapi mereka sampai saat ini belum pernah main fisik ya. Mungkin mereka mikir dua kali juga. Tapi kalau mau ribut itu mereka bergerombol, banyak sekali," tutur dia.
Ulam mengatakan, masyarakat setempat pun sebenarnya sudah sangat gerah dengan peredaran narkoba di sana.
"Sebenarnya kami juga gerah. Kami pun lelah bentrok dengan mereka. Kadang ditegur supaya jangan di situ transaksinya, tapi mereka tidak menghiraukan. Mungkin sekali mereka geser, nanti balik lagi," keluh Ulam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.