JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi unjuk rasa mahasiswa di depan gedung DPR untuk menolak wacana perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo pada Senin (11/4/2022) kemarin berujung ricuh.
Di tengah kericuhan, dosen Universitas Indonesia Ade Armando dikeroyok oleh sekelompok massa.
Sebelum momen kericuhan itu terjadi, Ade Armando sempat diwawancarai wartawan dan mengungkapkan alasannya berada di lokasi unjuk rasa.
"Saya tidak ikut demo, tetapi saya memantau dan saya ingin menyatakan mendukung," kata Ade.
Baca juga: Profil Ade Armando, Dosen UI yang Babak Belur di Demo di Depan Gedung DPR
Pegiat media sosial yang selama ini kerap menyuarakan dukungan ke Jokowi tersebut mengaku mendukung tuntutan mahasiswa menolak dilakukannya amendemen UUD 1945 untuk mengakomodasi perubahan masa jabatan presiden.
"Kalau isunya meminta agar dibatalkan amendemen saya rasa mayoritas bangsa setuju ya, dan saya menyatakan persetujuan juga terhadap itu," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Ade Armando juga sempat menyayangkan gerakan mahasiswa yang menurut dia terpecah.
"Sayangnya, BEM SI yang terpecah dan yang sekarang melakukan demo ini malah BEM SI yang lebih kecil," tutur dia.
Baca juga: Update Demo 11 April di DPR: Kericuhan Pecah, Ade Armando Babak Belur
Awalnya, aksi unjuk rasa mahasiswa yang tergabung dalam Badan Ekesekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) itu berjalan damai.
Barisan mahasiswa dari berbagai penjuru ibu kota tiba di gedung DPR sekitar 13.50 WIB. Mereka langsung berbaris, membentangkan spanduk berisi tuntutan di pagar DPR dan berorasi.
Menjelang sore hari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo beserta Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel, Sufmi Dasco Ahmad, dan Lodewijk F Paulus.
Para wakil rakyat memberi penjelasan bahwa aspirasi mahasiswa telah diterima, sehingga tidak akan ada penundaan pemilu atau pun perpanjangan jabatan Presiden menjadi 3 periode.
Baca juga: Temui Mahasiswa, Wakil Ketua DPR Pastikan Pemilu Tak Akan Ditunda dan Presiden 2 Periode
Setelah itu, Kapolri dan para pimpinan DPR kembali masuk ke gedung parlemen. Hampir semua aparat kepolisian juga turut masuk ke dalam kompleks DPR RI.
Sesaat kemudian, kericuhan langsung pecah.
Tak jelas apa penyebabnya, massa aksi tiba-tiba saling dorong sambil berteriak bahwa ada provokator.