JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ia tak pernah mewacanakan penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.
Hal itu disampaikan Luhut saat menjawab protes mahasiswa kala ia mengunjungi Universitas Indonesia (UI), di Depok, Jawa Barat, Selasa (12/4/2022).
"Dengerin, jangan marah-marah. Saya tidak pernah mengatakan wacana itu. Pernah saya katakan, di bawah itu minta pemilu ditunda, apa salah? Kamu ngomong gini salah? Enggak kan," kata Luhut saat menemui para paserta aksi, Selasa.
Baca juga: Ketika Mahasiswa UI Minta Luhut Buka Big Data Penundaan Pemilu...
Adapun wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode yang diklaim Luhut bukan berasal dari dirinya, telah meramaikan jagat politik nasional.
Munculnya wacana tersebut pun memicu demonstrasi besar-besaran yang digelar mahasiswa dari berbagai universitas di sejumlah kota besar di Indonesia.
Kompas.com pun mencoba menyelisik pernyataan Luhut tentang wacana penundaan pemilu serta perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode. Berikut sejumlah pernyataan Luhut terkait isu tersebut.
Luhut pertama kali mengklaim mempunyai big data soal 110 juta rakyat menginginkan penundaan pemilu pada awal Maret lalu melalui wawancara di sebuah akun Youtube.
Statement Luhut itu kemudian kian membuat isu perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi yang sebelumnya sudah disuarakan sejumlah ketua umum parpol menjadi semakin kencang.
Baca juga: Luhut Lagi-lagi Tolak Buka Big Data Penundaan Pemilu, Kali Ini Saat Debat dengan Mahasiswa UI
Berbagai pihak lantas mendesak Luhut untuk membuka data yang ia maksud. Namun Luhut sejak awal menolak membuka data itu.
"Ya janganlah, buat apa dibuka?,” tutur Luhut saat diwawancarai wartawan, 15 Maret 2022 lalu.
Meski enggan membuka big data tersebut, Luhut menegaskan ia tidak berbohong. Ia mengklaim data tersebut benar-benar ada. Ia menepis tudingan sejumlah pihak yang meragukan validitas data tersebut maupun yang menyebut bahwa big data itu tidak benar.
"Ya pasti adalah, masa bohong," kata Luhut.
Luhut mengaku, dirinya banyak mendengar aspirasi dari rakyat soal penundaan pemilu. Dia bilang, masyarakat banyak yang bertanya ke dirinya mengapa harus menghabiskan dana begitu besar untuk pemilu, padahal pandemi virus corona belum selesai.
Tak hanya itu, kepada Luhut, banyak yang menyatakan bahwa kondisi saat ini relatif tenang tanpa pergantian kepemimpinan.
Baca juga: Posisi Luhut Sebagai Menteri Jokowi Dinilai Tak Tergantikan
"(Masyarakat bertanya), kenapa mesti kita buru-buru? Kami capek juga dengar istilah kadrun lawan kadrun. Kayak gitu, ya apa istilahnya dulu itulah. Kita mau damai, itu aja sebenarnya," ujar Luhut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.