"Kalau anak dari kecil sudah kita ajarkan shalat, setelah besar dia sudah bisa shalat, oh seperti ini shalat," ujar Abdurahman.
"Jadi kita ajarkan shalat mulai dari bacaan wudhu, doa-doa harian. Kemudian setiap hari juga ada hafalan surat-surat pendek dan doa harian," sambung dia.
Selama menjalani rutinitas sebagai seorang guru mengaji, Abdurahman sudah menganggap murid-muridnya bagai anaknya sendiri.
"Jadi kita asik sebagai guru, sebab guru adalah teladan bagi santri-santrinya, yang mengajarkan dan mendidik santrinya tujuannya agar anak ini memahami ilmu akhirat," ungkapnya.
Namun, rutinitas yang Abdurahman jalani tidak selamanya berjalan mulus. Ia pun kerap menemui beberapa hambatan-hambatan selama menjadi guru mengaji.
Kondisi tubuh yang kurang sehat atau cuaca buruk dengan intensitas hujan yang tinggi, kerap menjadi hambatan Abdurahman dalam mengajar ngaji.
"Misalnya hujan deras. Kita sudah datang untuk mengajar tapi muridnya tidak ada. Walau murid yang datang sedikit, kita akan tetap mengajar," katanya.
Kesulitan juga kerap ia hadapi jika harus mengajar anak-anak. Pada dasarnya, anak-anak masih gemar bermain di saat mengaji. Jadi tidak jarang di waktu belajar mereka malah berlari-larian, bertengkar, bahkan menangis.
Kendati demikian, hambatan-hambatan yang ia temui tidak pernah menyurutkan semangatnya dalam mengajarkan Alquran.
"Jadi hati seorang guru yang ikhlas ridho lillahi taala itu didalamnya ada cinta terhadap anak-anak muridnya," ujar Abdurahman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.