"Karena anak-anak jenuh di rumah terus, kalau ada waktu luang atau suami pulang kerjanya cepat, kami cari tempat taman kayak gini yang sekiranya terjangkau," kata Dea.
Selain itu, kata Dea, di taman tersebut juga ada banyak arena untuk bermain anak-anak. Dea pun membawa bola dari rumah untuk dimainkan anak-anaknya di taman.
Baca juga: Berburu Kuliner Purba Khas Minangkabau di Pasar Takjil Bendungan Hilir...
Sebab ada wadah untuk anak-anaknya bermain, Dea pun membebaskan mereka bermain di Taman Waduk Pluit.
Terlebih bermain di taman tersebut dinilai mengirit pengeluaran.
"Dulu kumuh banget tempatnya, enggak tertata. Ada taman ini kami dikasih wadah buat main, tempat refreshing," kata dia.
Meski demikian, Dea mengakui bahwa Taman Kota Waduk Pluit saat ini kurang terawat sehingga terlihat sedikit kotor.
Baca juga: Berburu Makanan Buka Puasa di Bazar Takjil Benda Baru Tangsel, Harus Datang Cepat agar Tak Kehabisan
Dea pun berharap kondisi taman Waduk Pluit bisa seperti dulu ketika baru selesai dibangun.
"Agustus aja (dulu) di sini jadi tempat lomba, sekarang enggak ada. Tempatnya juga lebih bersih, tempat olahraga lebih rapi. Sekarang sudah agak rusak, perlu diperbaiki," kata Dea.
Sebelum menjadi taman kota, sisi barat Waduk Pluit mulanya merupakan tempat kumuh yang dihuni warga.
Adanya bangunan di bibir waduk itu dinilai menjadi penyebab banjir karena waduk tidak dapat berfungsi dengan semestinya.
Saat itu, Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama menggusur bangunan di tepi waduk tersebut dan memindahkan warganya ke beberapa rumah susun (rusun), antara lain ke Rusun Muara Baru dan Rusun Marunda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.