JAKARTA, KOMPAS.com - Kurang lebih dua tahun lalu, panyebaran virus Corona datang menerpa tanpa bersuara.
Secara perlahan, virus yang menyerang sistem pernapasan tersebut merenggut banyak korban dan kemudian memaksa banyak sektor lumpuh, termasuk sektor pendidikan.
Kegiatan belajar mengajar pun "dirumahkan" demi menghindari penularan virus Corona. Penyesuain dilakukan. Transfer ilmu dilakukan secara jarak jauh menggunakan teknologi bernama gawai pintar dan internet.
Namun, tidak semua orang bernasib mujur dan memiliki akses terhadap fasilitas yang tidak murah tersebut.
Pada suatu hari di pertengahan tahun 2020, seorang pemulung mendatangi rumah wartawati Ghina Ghaliya untuk memungut sampah.
Baca juga: Sosok Tri Sugiarti, Pendiri Bank Sampah dan Penghasil Produk Daur Ulang Kertas
Di tengah aktivitasnya, sang pemulung bertanya kepada pemilik rumah apakah ada gawai pintar bekas yang tak lagi terpakai.
Anaknya yang masih bersekolah membutuhkan gawai tersebut untuk menjalani proses belajar daring.
"Saat itu ada pemulung yang menanyakan ponsel bekas. Katanya, untuk digunakan anaknya belajar dari rumah," cerita Ghina kepada Kompas.com.
"Dari situ, keluarga saya menyadari adanya kebutuhan demikian. Akhirnya keluarga saya membetulkan ponsel bekas yang ada lalu diberikan ke bapak tersebut," imbuhnya.
Berangkat dari situ, Ghina pun menyodorkan ide berbagi ponsel bekas kepada rekan-rekannya di komunitas Wartawan Lintas Media.
Ide tersebut disambut dengan sangat baik, dan komunitas tersebut kemudian menginisiasi gerakan Ponsel Pintar untuk Pelajar.
Baca juga: Marsya Nurmaranti, Berbagi Kebahagiaan lewat Dunia Kerelawanan
Perempuan berusia 28 tahun ini mengatakan, komunitasnya sudah membagikan kurang lebih 500 ponsel pintar kepada pelajar-pelajar dari Sabang sampai Merauke.
Ponsel pintar itu merupakan sumbangan dari masyarakat Indonesia. Bantuan juga datang dalam bentuk uang.
"Kami mengumpulkan ponsel bekas yang diumumkan di sosial media. Selain itu kami juga membuka donasi bagi masyarakat yang ingin membantu dalam bentuk uang. Kemudian, uang tersebut kami gunakan untuk membeli ponsel pintar untuk para pelajar yang membutuhkan," jelas Ghina.
Selain mengumpulkan ponsel bekas, Ghina dan rekannya juga mendata anak-anak yang membutuhkan gawai tersebut. Menurutnya, sekitar 1.000 lebih pelajar mengajukan permohonan bantuan.