Karena jumlah ponsel yang tersedia terbatas, Wartawan Lintas Media memutuskan untuk melakukan seleksi agar bantuan tepat sasaran.
Baca juga: Cerita Amanda Tergerak Jadi Relawan Covid-19 hingga Cari Pertolongan Ahli untuk Pulihkan Psikis
"Karena jumlah terbatas, jadi kita seleksi. Jika ada juga pemohon yang tidak terlalu butuh secara darurat, maka kami tentu akan lebih prioritaskan ke anak yang lebih butuh," kata Ghina.
Ghina memutuskan untuk melakukan verifikasi melalui orangtua calon penerima dan juga pihak sekolah.
"Karena kami tidak tahu siapa yang benar-benar membutuhkan, maka kami lakukan verifikasi. Jadi pengajuan itu dilakukan oleh orangtua atau guru. Kita juga minta foto rapor," ujar dia.
Selain itu, para pemohon juga diminta melampirkan hasil karya berupa gambar, rekaman bernyanyi, dan lainnya.
"Kita minta foto rapor atau hasil karya anak-anak, seperti gambar, bernyanyi, dan lainnya. Ini dilakukan sebagai pembelajaran bagi anak-anak, agar mereka menyadari bahwa ponsel gratis itu bisa didapatkan dengan perjuangan dan agar lebih menghargai pencapaian tersebut untuk kegunaan yang bermanfaat," jelas Ghina.
Baca juga: Inisiasi Kartini Masa Kini, Sekolah Kolong untuk Anak Terpinggirkan
Saat ini, hanya ada beberapa pemohon yang mengajukan bantuan ponsel pintar gratis. Sebab, kegiatan belajar mengajar sudah mulai dilakukan secara tatap muka.
Jika ponsel pintar gratis tidak lagi dibutuhkan ke depannya, ia dan rekan-rekannya akan terus melakukan gerakan-gerakan lainnya mengikuti kebutuhan masyarakat.
"Ke depan tetap lakukan gerakan, tapi kami mencari-mencari juga gerakan apa lagi yang bisa dilakukan. Sesuai kebutuhan masyarakat," tutup Ghina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.