Namun, dua hari kemudian ayah dari anak tersebut meninggal.
Beberapa hari kemudian, ibu dari anak tersebut ternyata juga terkena Covid-19 berbeda dengan sang ayah, ibu dari anak tersebut berhasil mendapatkan kamar di rumah sakit.
Namun, ibu tersebut hanya bisa bertahan sekitar satu hingga dua hari saja di rumah sakit.
"Jadi dalam seminggu dia jadi yatim piatu. Dan itu menurut saya gila," ujar Amanda.
Hal yang mengguncang semacam ini, kata Amanda, membuat para relawan terkadang harus mendapatkan layanan psikologis.
Ia pun pernah menggunakan layanan psikologis yang disediakan oleh platform LaporCovid-19 sebanyak satu atau dua kali untuk mengatasi kegelisahannya.
"Memang saya kemudian memakai (layanan psikologis) karena saya merasa kenapa saya tidak bisa bantu," ungkapnya.
Hal yang membuat Amanda merasa sedih adalah di saat ia tidak bisa lagi berhubungan baik dengan korban yang orang tuanya meninggal akibat Covid-19.
Padahal, ia ingin para warga yang ia bantu nantinya bisa tergabung dalam komunitas.
Meski demikian, Amanda memahami jika keluarga korban tidak ingin lagi berhubungan dengannya.
"Saya pinginnya pasien yang kita bantu ini menjadi satu komunitas, tapi emang ada yang meninggal itu menjadi luka terdalam tersendiri," tutur dia.
Kendati demikian, Amanda tidak selamanya merasakan duka selama menjadi relawan Covid-19.
Ia juga bisa merasakan senang dan puas jika bisa berhasil menolong dan semua keluhan warga bisa diakomodir pemerintah.
"Sukanya itu kalau misalnya warga mendapatkan pertolongan itu saya melihat negara tuh hadir ya, negara enggak lupain kita. Itu saya senang. Ada harapanlah bahwa negara pelayanan publiknya udah mulai improving walaupun tidak seluruhnya," tutur dia.
Oleh karena itu, Amanda berharap pemerintah bisa terus mengakomodir semua laporan warga terkait penanganan pandemi Covid-19.
"Pelayanan publik itu harus baik implementasinya dan mudah dijangkau jangan sampai warga itu udah bingung duluan, skeptis duluan karena emang gak baik pelayanannya selama itu," ucap Amanda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.