Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sopir Bus AKAP...dari Jarang Pulang, Filosofi Macet, Hingga Selamatkan Ibu Hamil

Kompas.com - 08/05/2022, 14:47 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

Bagaimana tidak, selama dua tahun pemerintah melarang mudik akibat pandemi Covid-19. Jumlah perjalanannya menjadi sedikit sehingga ia memiliki banyak waktu untuk istirahat.

Baca juga: Libur Lebaran, Sopir Bus AKAP di Terminal Kalideres Malah Mengaku Pendapatan Turun 50 Persen Dibanding 2019

Sekalipun ia harus menempuh perjalanan, arus lalu lintas terbilang lancar sehingga tidak kelelahan di jalan. Menyetir seolah tak terasa. Tiba-tiba sudah sampai. 

Tetapi tahun ini, situasi seolah kembali seperti saat sebelum pandemi. Pemerintah memperbolehkan mudik sehingga mobilitas orang menjadi sangat tinggi dan menyebabkan macet di mana-mana.

Ia pun sempat terjebak macet saat mengantar penumpang ke Jakarta pada Kamis (8/5/2022).

"Biasanya dari rumah makan (di Jepara) itu jam 22.00 WIB. Nah, jam 04.00 WIB sudah sampai. Tapi nyatanya malah sampai sini jam 09.00 WIB. Jadi ada keterlambatan kurang lebih lima jam," ujar Maryanto.

Maryanto tidak kesal dengan situasi tersebut. Sebagai seorang sopir kawakan, ia memiliki filosofi bahwa macet adalah kawan perjalanan.

Bagaimanapun juga, seorang kawan akan selalu mengiringi perjalanan, bukan?

Pengalaman tak terlupa

Selama 40 tahun di dunia sopir bus antar kota antar provinsi, Maryanto tentu sudah banyak merasakan asam garam jalanan.

Pengalamannya yang unik-unik sangat menarik untuk diceritakan kembali.

Suatu ketika, ia pernah mendapati salah satu penumpangnya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

"Pernah ada penumpang yang meninggal dunia. Enggak tahu kenapa. Jadi kita langsung bawa ke rumah sakit," kata Maryanto.

Baca juga: Kisah Sopir Bus di Terminal Kalideres: Jalankan Pekerjaan di Malam Takbiran, Antarkan Penumpang Rayakan Lebaran

Lain waktu lagi, Maryanto juga pernah dihadapkan pada situasi darurat saat tengah menempuh perjalanan.

Salah satunya adalah pernah mendapati penumpangnya hendak melahirkan.

"Pernah dua kali, penumpang saya mau melahirkan. Sudah pendarahan begitu. Semua penumpang panik di sana. Waktu di Kudus sama Semarang waktu itu," kenang dia.

Mengetahui keadaan darurat demikian, Maryanto dengan cekatan mencari rumah sakit terdekat. Ia dan sejumlah penumpang pun membantu membawa wanita hamil tersebut hingga ke ruang perawatan.

"Iya langsung kita belok ke rumah sakit. Satu bus ikut semua. Habis itu, dia digotong ke dalam, pakai kasur roda itu," kenang Maryanto.

Setelah memastikan penumpangnya ditangani dengan aman, Maryanto pun kembali memutar balik armadanya dan melanjutkan perjalanan mengantarkan sisa penumpang yang ada.

Kini, meski sudah berusia lanjut, Maryanto belum memastikan kapan ia akan berhenti dari pekerjaan yang sangat dicintainya ini.

Sejauh ini, Maryanto masih sangat menikmati perjalanannya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com