JAKARTA, KOMPAS.com - Mahasiswa Universitas Trisakti menggelar peringatan 24 tahun Tragedi Trisakti 12 Mei 1998, di kawasan Patung Arjuna Wijaya atau Patung Kuda, Jakarta Pusat, Kamis (12/5/2022).
Wakil Presiden Mahasiswa Trisakti Niha Nihaya berharap, semangat reformasi tetap dipegang oleh generasi muda saat ini.
"Tentunya semangat 12 Mei bisa tetap membersamai kaum muda untuk tetap bisa berpikiran kreatif dan melahirkan ide-ide positif untuk bangsa yang lebih maju, serta berkembang dari segala aspek," kata dia, di kawasan Patung Kuda, Kamis (12/5/2022).
Baca juga: Tragedi Trisakti Berdarah 1998, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?
Sebelum berunjuk rasa di kawasan Patung Kuda, Mahasiswa Trisakti telah melakukan upacara di tugu 12 Mei, Grogol, Jakarta Barat.
"Tanpa ada perjuangan anak muda kala itu (tahun 1998), kita tidak akan ada yang berbicara mengenai pembaruan dan reformasi," tutur dia.
Adapun, empat mahasiswa Trisakti tewas ditembak saat aksi unjuk rasa pada 12 Mei 1998. Demonstrasi di Universitas Trisakti merupakan rangkaian aksi mahasiswa yang menuntut reformasi sejak awal 1998.
Empat mahasiswa yang menjadi korban yakni Heri Hartanto, Hendriawan Sie, Elang Mulia Lesmana dan Hafidin Royan. yang turut menjadi korban.
Kala itu gerakan mahasiswa yang menjadi tumpuan utama dalam melengserkan Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Krisis ekonomi yang mengguncang Indonesia pada awal 1998 membuat masyarakat tak puas dengan kepemimpinan Presiden Soeharto.
Aksi mahasiswa semakin terbuka dan berani sejak Soeharto diangkat menjadi presiden untuk ketujuh kalinya dalam Sidang Umum MPR pada 10 Maret 1998. Sebelumnya, aksi mahasiwa hanya dilakukan secara terbatas di dalam kampus.
Posisi kampus yang strategis, dekat dengan kompleks gedung DPR/MPR, menjadikan Universitas Trisakti menjadi titik berkumpul mahasiswa dari berbagai kampus.
Baca juga: Gejayan dan Tugas Reformasi yang Belum Usai...
KOMPAS mencatat, aksi dimulai sekitar pukul 11.00 WIB. Agenda aksi saat itu termasuk mendengarkan orasi Jenderal Besar AH Nasution, meski kemudian tidak jadi datang. Orasi pun dilakukan para guru besar, dosen, dan mahasiswa.
Sekitar pukul 13.00 WIB, peserta aksi mulai keluar kampus dan tumpah ruah di Jalan S Parman, Jakarta Barat. Mereka hendak long march menuju Gedung MPR/DPR di Senayan.
Barisan depan terdiri dari para mahasiswi yang membagi-bagikan mawar kepada aparat kepolisian yang menghadang ribuan peserta demonstrasi. Negosiasi pun dilakukan.
Pimpinan mahasiswa, alumni, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo, dan Komandan Kodim Jakarta Barat Letkol (Inf) A Amril sepakat bahwa aksi damai hanya bisa dilakukan hingga depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat, sekitar 300 meter dari pintu utama Trisakti.
Berdasarkan kesepakatan itu, mahasiswa melanjutkan aksi dengan menggelar mimbar bebas menuntut agenda reformasi dan Sidang Istimewa MPR. Aksi berjalan hingga pukul 17.00 WIB, tanpa ketegangan yang berarti.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.