Ia pun langsung buru-buru membatalkan pesanan mumpung stok minyak goreng curah subsidi yang dijanjikan belum dikirim ke tokonya.
"Kayaknya enggak mau jadi ambil, sudah saya cancel. Soalnya ribet," ujarnya.
Baca juga: Urus Persoalan Minyak Goreng, Luhut Disebut Jadi Menteri Superior
Sulitnya mendapatkan minyak goreng curah subsidi ini pun membuat harga komoditas tersebut masih dijual cukup mahal di atas harga yang ditetapkan pemerintah.
Seorang pedagang sembako lainnya di Pasar Jombang bernama Kiki (66) menyebutkan bahwa harga minyak goreng baru menurun sedikit.
"Baru turun sedikit, belum ditawari minyak goreng subsidi," ujarnya.
Kiki saat ini menjual minyak goreng curah seharga Rp 20.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 22.000 per kilogram.
Sementara itu, minyak goreng kemasan 1 liter dijual seharga Rp 24.000 dari sebelumnya Rp 25.000.
Menurut Kiki, semenjak harga minyak goreng melambung tinggi, barang jualannya menjadi kurang laku.
Awalnya, kata Kiki, banyak pedagang gorengan yang menjadi pelanggannya. Namun, semenjak harga minyak goreng mahal, usaha beberapa pedagang gorengan langganannya menjadi mandek.
"Sekarang tukang dagang pada enggak dagang, kasihan, katanya Rp 5.000 tiga biji (gorengan) pada enggak laku. Jadi kendalanya saya kerupuk, terigu, bahan-bahan gorengan kurang laku," ungkap Kiki.
Kiki menuturkan, sebelum harga dan stok minyak goreng bermasalah, ia bisa menjual habis 5 sampai 6 jeriken minyak goreng curah per hari.
Kini, untuk dapat menghabiskan 1 hingga 2 jeriken saja dalam sehari sangat susah. Sebagai informasi, 1 jeriken berisi 16 kilogram atau setara 20 liter minyak goreng curah.
"Sekarang mah pahit. Minyak curah paling habis 2 jeriken, kadang 1 jeriken. Jarang banget 2 jeriken. Maunya saya harga umum sajalah, soal untung mah sedikit juga enggak apa-apa," kata Kiki.
Baca juga: Luhut Diperintah Jokowi Urus Masalah Minyak Goreng, Apa Tugasnya?
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) pun mengakui bahwa kebijakan harga minyak goreng curah sesuai harga eceran tertinggi (HET) di wilayah Tangsel belum merata.
Menurut pantauan Disperindag di pasar-pasar tradisional yang ada di Tangsel, penerapan HET pada komoditas tersebut baru diterapkan di Pasar Ciputat.