Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mustakim
Jurnalis

Eksekutif Produser program talkshow Satu Meja The Forum dan Dua Arah Kompas TV

Mengenang Budhi Kurniawan, Wartawan Pejuang Kemanusiaan

Kompas.com - 31/05/2022, 16:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

[Sebuah catatan untuk seorang kawan]

Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu di atas debu
Dan duka maha tuan tak bertahta.

Sajak ini sepertinya tepat untuk mengantarkan kepergian Budhi Kurniawan, jurnalis KompasTV yang baru saja berpulang.

Bukan cuma karena liriknya yang berbicara tentang kematian, namun sajak berjudul ‘Nisan’ karya Chairil Anwar ini adalah puisi kesukaan Budhi. Ia kerap membacakan puisi ini di depan banyak orang.

Budhi memang penyuka puisi. Salah seorang kakaknya pernah bercerita, saat ia ditahan terkait kasus Tanjung Priok, Budhi kerap ikut ibunya menjenguk ia di penjara setiap pekan.

Tiap kali datang Budhi selalu bilang, “Kakak, aku bawa puisi baru buat kakak. Puisi karyaku sendiri.”

Kemudian Budhi Kurniawan yang saat itu masih berusia lima tahunan akan membacakan puisinya di ruang tunggu tahanan.

Kegemarannya pada puisi itu berlanjut hingga ia dewasa dan menjadi wartawan. Maka tak heran, meski terbaring lemah di ranjang karena menjalani perawatan, ia masih suka menulis sajak dan membacakan puisi untuk orang-orang yang datang.

Puisi, fiksi dan Leo Kristi

Tak hanya puisi, Budhi juga menulis fiksi. Beberapa kali ia meminta saya untuk membaca dan mengomentari cerita pendek atau novel yang ditulisnya.

Di tengah kesibukannya sebagai wartawan dan aktivis kemanusiaan, ia berusaha untuk tetap menulis di berbagai kesempatan.

Usahanya tak sia-sia. Dia berhasil menyelesaikan sejumlah novel dan cerita pendek. Novel dan kumpulan cerpen hasil guratan tangannya sudah di meja salah satu penerbit ternama dan tengah menunggu giliran untuk diterbitkan.

Meski tak juara, ia juga sempat mengirim karya pada ajang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta.

Semua yang kenal Budhi Kurniawan juga pasti paham. Selain puisi dan fiksi, ia juga penggila Leo Kristi.

Budhi kerap menyanyikan lagu-lagu Leo Kristi, baik saat sedang bersama kawan atau sendirian.

Ia nyaris tak pernah absen menyambangi konser atau pagelaran musik yang digelar penyanyi balada ini.

Pejuang kemanusiaan

Budhi Kurniawan. Ia tak hanya seorang jurnalis, namun juga aktivis. Keberpihakannya pada kaum papa sudah terasah sejak masih duduk di bangku SMA.

Di usia yang masih terbilang belia, ia sudah bergabung dengan Pusat Informasi Jaringan Aksi untuk Reformasi (PIJAR), sebuah organisasi yang aktif mengkritik rezim Orde Baru dan menggalang kekuatan untuk melakukan perlawanan.

Perkenalannya dengan Sri Bintang Pamungkas membuat Budhi Kurniawan semakin matang dalam kerja-kerja perlawanan.

Tak hanya rajin diskusi, Budhi juga aktif terlibat aksi-aksi demonstrasi menentang dan melawan rezim tirani.

Budhi juga mengaku pernah bergabung dengan Pelajar Islam Indonesia atau PII. Sebuah organisasi para pelajar yang tak hanya bicara pendidikan, namun juga aktif dalam isu-isu kebangsaan.

Keberpihakannya pada kemanusiaan terus tumbuh hingga ia menjadi wartawan. Saat menjadi jurnalis di Kantor Berita Radio 68H [KBR68H], Budhi rajin menulis dan memberitakan berbagai ketidakadilan yang dialami kelompok minoritas dan mereka yang terpinggirkan.

Pada tahun 2012, Budhi pernah menginsiasi dan menjadi koordinator gerakan Aksi Pengumpulan 1000 Sandal.

Ini adalah bentuk sindiran dan kritik kepada Polri karena memproses seorang anak yang dituduh mencuri sandal milik anggota Brimob Polda Sulteng, Briptu Anwar Rusdi Harahap.

Sehingga anak berinisial AAL yang dituduh mencuri sandal polisi ini diancam hukuman maksimal lima tahun penjara jika terbukti.

Dia sempat mengambil jeda dari profesi pewarta dan memilih bergabung di sebuah organisasi nirlaba guna mendampingi anak-anak yang ‘kehilangan’ orangtua.

Namun, itu tak bertahan lama. Semangatnya sebagai ‘mesiah’ kembali membawanya ke dunia media massa. Dan ia memilih KompasTV sebagai pelabuhan terakhirnya, hingga akhir hayatnya.

Budhi Kurniawan juga dikenal sebagai tokoh dan pejuang keberagaman. Serikat Jurnalis untuk Keberagaman [Sejuk] adalah organisasi yang dia dirikan bersama sejumlah kawan.

Melalui organisasi ini, Budhi menebar semangat toleransi. Juga penghormatan atas keberagaman dan membela mereka yang dinista atas nama agama.

Semangatnya untuk terus belajar tak pernah pudar. Meski waktunya nyaris habis untuk mengurus pekerjaan dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia [IJTI] organisasi jurnalis yang baru ia geluti, Budhi memutuskan sekolah lagi.

Ia mengambil program pascasarjana di salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta. Karenanya, dia harus rela tak bisa liburan di akhir pekan.

Pulang

“Bung, aku enggak ikut nemenin show Semeja ya. Tenggorokanku sakit dan agak kurang enak badan.”

Kalimat itu disampaikan Budhi Kurniawan, Rabu, 6 April 2022 lalu. Siapa nyana, ternyata itu terakhir kalinya aku mendengar suaranya.

Senin siang [30/5/2022], Tuhan memanggilnya, memintanya pulang setelah hampir dua bulan mendapat perawatan.

Budi Kurniawan. Orang boleh lupa wajah dan namanya, tapi mereka pasti akan mengingat tawanya yang khas dan [sepertinya] hanya satu-satunya di dunia.

Tawa yang membuat orang lain di sekitarnya pasti ikut terbawa ceria dan gembira. Dan akan membuat orang sulit untuk melupakannya.

Budhi telah pergi, menyusul Chairil Anwar dan Leo Kristi, dua orang yang ia idolakan dan jadikan panutan. Selamat jalan kawan. Selamat mengarungi keabadian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Perampok Pecah Kaca Mobil Kuras Dompet, iPad hingga iPhone 11 Pro Max

Perampok Pecah Kaca Mobil Kuras Dompet, iPad hingga iPhone 11 Pro Max

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com