Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Massa Mengaku FPI dan Beratribut HTI Deklarasi Dukung Anies, Benarkah Ada Gerakan Intelijen Dibaliknya?

Kompas.com - 09/06/2022, 16:35 WIB
Ihsanuddin

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam waktu berdekatan, dua kelompok massa mendeklarasikan dukungannya kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk maju dalam pemilihan presiden 2024 mendatang.

Deklarasi pertama dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan Front Persaudaraan Islam (FPI) Reborn.

Sementara itu, deklarasi kedua dilakukan oleh kelompok yang memasang atribut mirip bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Dukungan dari dua kelompok itu justru dicurigai sebagai kampanye hitam untuk menjegal Anies karena FPI dan HTI saat ini sama-sama sudah dinyatakan sebagai organisasi terlarang. 

Bahkan dicurigai ada gerakan intelijen untuk menjatuhkan Anies. 

FPI Palsu

Pada Senin (6/6/2022), sejumlah orang yang mengatasnamakan FPI Reborn mendeklarasikan dukungan kepada Anies untuk maju pada Pilpres 2024 di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta Pusat.

Aksi tersebut pun ramai diperbincangkan di media sosial. Sejumlah foto memperlihatkan sekelompok orang mengenakan baju serba putih dan membawa bendera putih besar dengan tulisan FPI berwarna hijau.

Baca juga: FPI Reborn Deklarasi Dukung Anies di Pilpres 2024, Front Persaudaraan Islam: Aksi Palsu

Adapun FPI atau Front Pembela Islam sebenarnya sudah dibubarkan oleh pemerintah dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang pada Desember 2020 lalu. 

Setelahnya, pentolan dari organisasi massa itu membentuk organisasi baru bernama Front Persaudaraan Islam yang juga disingkat FPI. 

 

Dewan Pimpinan Pusat Front Persaudaraan Islam pun membantah aksi yang mengatasnamakan FPI Reborn tersebut.

Ketua Umum DPP FPI Muhmmad Alattas menyebutkan, ada gerakan intelijen yang sangat berbahaya menggerakkan massa tidak dikenal dengan menggunakan nama FPI untuk mendeklarasikan Anies.

"Beberapa hari sebelumnya, mereka lewat medsos (media sosial) telah menyebarkan undangan aksi tersebut dengan kop surat FPI yang dipalsukan," ujar Alattas dikutip dari keterangan resmi, Senin.

Baca juga: FPI Reborn Tak Terdaftar di Kemenkumham

 

Menurut Alattas, surat itu dipalsukan tanpa dibubuhkan tanda tangan maupun stempel dengan mengatasnamakan M Fahril sebagai koordinator aksi.

Ia menambahkan, sejak Front Persaudaraan Islam berdiri, kelompoknya tidak pernah terlibat dalam aksi dukung mendukung calon presiden 2024.

"Dan DPP FPI pun hingga saat ini belum menentukan sikap apa pun terkait capres 2024," tutur Alattas.

Massa dengan Bendera Mirip HTI

Massa Majelis Sang Presiden menggelar deklarasi sebagai bentuk dukungan kepada Anies Baswedan untuk menjadi Presiden RI periode 2024-2029 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (8/6/2022) diduga membawa bendera HTI. Tribunnews.com Massa Majelis Sang Presiden menggelar deklarasi sebagai bentuk dukungan kepada Anies Baswedan untuk menjadi Presiden RI periode 2024-2029 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu (8/6/2022) diduga membawa bendera HTI.

Dua hari setelah deklarasi FPI palsu itu, sekelompok orang yang mengatasnamakan Majelis Sang Presiden Kami mendeklarasikan dukungan Anies sebagai calon presiden 2024.

Deklarasi itu digelar pada Rabu (8/6/2022) pagi dengan diikuti sekitar 250 orang di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan.

Namun, acara deklarasi ini sempat heboh karena diwarnai ketegangan sesama relawan perihal adanya bendera mirip HTI yang terpasang di atas panggung.

Sama dengan FPI, HTI juga sudah dibubarkan pemerintah dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang sejak 2017.

Bendera HTI itu bersanding dengan bendera Indonesia merah putih dan berada di kanan dan kiri panggung.

Baca juga: Polisi Selidiki Atribut Mirip Bendera HTI di Deklarasi Dukungan Anies Maju Pilpres 2024

Dua orang panitia langsung meminta agar acara dihentikan sementara dan meminta empat bendera HTI di atas panggung itu diturunkan.

"Turunin itu bendera. Antum sayang Pak Anies enggak? Kalau sayang turunin itu bendera," kata salah satu panitia di lokasi.

 

Setelah itu, bendera itu diturunkan sehingga menyisakan bendera merah putih saja yang berada di atas panggung.

Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Selatan langsung menyelidiki kemunculan bendera berkalimat Tauhid mirip milik HTI itu. 

Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisari Besar Budhi Herdi Susianto mengungkapkan saat ini kepolisian telah menyita atribut yang mirip bendera HTI tersebut. Polisi juga telah memeriksa sejumlah saksi yang ada di lokasi acara.

"Kami sudah neminta keterangan beberapa orang, proses masih berjalan, belum final," ungkap Budhi.

Baca juga: Khawatir Jatuhkan Citra Anies, Deklarasi Beratribut Mirip HTI Sempat Ditunda

Adapun peserta kegiatan deklarasi itu dihadiri warga dari berbagai macam latar belakang di antaranya mantan narapidana terorisme (napiter), mantan anggota HTI, hingga mantan anggota Front Persaudaraan Islam (FPI).

Upaya Kampanye Hitam 

Politikus M Taufik menilai, deklarasi dukungan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk maju pada Pilpres 2024 oleh dua kelompok belakangan ini justru bermaksud untuk menjatuhkan nama baik Anies.

Taufik mengatakan, deklarasi tersebut akan memberikan kesan bahwa Anies berasal dari kelompok-kelompok organisasi yang kini dilarang di Indonesia itu.

"Saya kira ini cara menjatuhkan Pak Anies. "Seolah-olah Pak Anies itu pendukungnya hanya itu," ujar Taufik saat dihubungi melalui telepon, Kamis (9/6/2022).

Baca juga: M Taufik Nilai Deklarasi oleh FPI Reborn dan Massa Beratribut Mirip HTI untuk Jatuhkan Anies

Mantan wakil ketua DPRD DKI Jakarta juga menilai, orang-orang yang datang dalam deklarasi belum tentu berasal dari organisasi terlarang yang sebenarnya.

Bisa jadi, Taufik menuturkan, orang-orang yang hadir adalah orang-orang yang dibayar.

Taufik pun menuding orang-orang dalam deklarasi oleh FPI Reborn di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, merupakan orang bayaran.

"Akhirnya terkuak sendiri, dibayar yang datang Rp 150.000, yang bersangkutan (yang mengaku FPI Reborn) menyampaikan permohonan maaf," tutur Taufik.

Baca juga: Polisi Sebut Deklarasi Anies Baswedan Capres 2024 yang Ada Atribut Mirip Bendera HTI Diselenggarakan LSM Damai

Untuk itu, Taufik, yang terang-terangan mendukung Anies maju pada Pilpres, meminta lawan politik Anies tidak menggunakan cara-cara kotor untuk menyerang.

Sebab, bentuk kampanye hitam tersebut, kata Taufik, bisa jadi merupakan tindak pemalsuan dan bisa memicu kemarahan sebagian kelompok.

"Kalau FPI asli marah gimana? Sebaiknya kalau mau bersaing ya menggunakan akal sehatlah," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Megapolitan
Sayur Mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya Hingga Sarjana

Sayur Mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya Hingga Sarjana

Megapolitan
Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Warga DKI Yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Warga DKI Yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Megapolitan
Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Megapolitan
Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com