JAKARTA, KOMPAS.com - Sejarawan JJ Rizal menggalang petisi di situs change.org untuk mengganti nama Jakarta International Stadium (JIS) menjadi Stadion MH Thamrin.
Sampai dengan Senin (20/6/2022) pagi ini, petisi itu sudah ditandatangani oleh 5.730 orang.
Ada sejumlah alasan JJ Rizal menggalang petisi ini. Pertama, adalah karena penamaan stadion yang baru rampung di Tanjung Priok, Jakarta Utara, itu dianggap bermasalah.
Penamaan Jakarta International Stadium (JIS) dianggap melanggar UU No. 24/2009 karena menggunakan bahasa Inggris.
"Selain itu, nama ‘JIS’ sepertinya tidak dapat memacu semangat untuk memajukan persepakbolaan nasional karena tidak menggunakan nama tokoh sejarah yang inspiratif," tulis JJ Rizal dalam petisinya di change.org.
JJ Rizal telah mengizinkan Kompas.com untuk mengutip tulisan di petisinya itu.
Baca juga: Grand Launching JIS Jadi Acara Pamungkas HUT Ke-495 DKI Jakarta
Rizal mengatakan, sejumlah pihak sempat mengusulkan mengambil nama Soeratin yang merujuk kepada nama tokoh pendiri Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
Namun, ia menilai, sejarah menunjukkan ada tokoh yang lebih tepat, yaitu MH Thamrin.
"Thamrin adalah pahlawan nasional sekaligus tokoh Betawi, warga asli Jakarta. Lebih jauh lagi Thamrin pun bukan hanya pendiri bangsa yang gibol (gila bola), dalam arti doyan merumput, melainkan juga punya visi sepak bola modern Indonesia sebagai reaktor kebangsaan," kata Rizal.
Visi sepak bola Thamrin, kata dia, tumbuh dari kampung-kampung. MH Thamrin melihat sepak bola pribumi bermutu tapi didiskriminasi. Thamrin selalu menggunakan posisinya di Gementeraaden (Dewan Kota) dan Volksraad (Dewan Rakyat), untuk menyuarakan isu ini.
"Thamrin meyakini sepak bola bukan sekadar olahraga rakyat, melainkan medium gerakan kebangsaan," ujar Rizal.
Baca juga: Keluarga MH Thamrin Dukung Perubahan Nama JIS Jadi Stadion MH Thamrin
Visi sepak bola Thamrin terbukti, kata JJ Rizal. Di negeri jajahan, profesionalisme itu tumbuh karena para pemain merumput dengan keyakinan mempertaruhkan sejarah dan kultur sepak bola sejak diterima di negerinya, yaitu sebagai counter culture kolonialisme.
"Dari sini, ia membangun sepak bola modern Indonesia sebagai reaktor kebangsaan, sehingga Jakarta jadi ibu kota sepak bola kebangsaan Indonesia. Inilah warisan (legacy) Thamrin yang berharga dan khas, tapi terlupa," kata Rizal.
Melihat sejarah itu, Rizal pun menilai darma bakti dan warisan Thamrin begitu besar kepada sepak bola serta jadi utang budi tak ternilai.
Oleh karenanya, mengganti nama JIS dengan MH Thamrin Stadion Internasional Jakarta adalah awal yang baik.