Sedangkan pada 1834, beberapa bangunan yang dilaporkan mengalami kerusakan di Jakarta, di antaranya, rumah-rumah dan bangunan batu termasuk istana di Weltevreden (Paleis van Daendels/Het Groot Huis, Istana Gubernur Jenderal, baru-baru ini menjadi Gedung Kementerian Keuangan).
Rumah-rumah batu di Cilangkap, Jakarta Timur, juga rusak sebagian atau hancur.
Sementara di Bogor, hampir semua bangunan batu rusak parah. Bahkan, Istana Buitenzorg (Istana Bogor) sebagian runtuh, termasuk bagian utara bangunan pusat, dinding luar sayap timur dan kiriman uang paling utara.
Dengan data-data sejarah dan kajian geofisika terbaru, semakin jelas wilayah megapolitan Jabodetabek yang dihuni 29.116.662 jiwa atau sekitar 11 persen dari penduduk Indonesia ini memiliki kerentanan gempa bumi.
Endra Gunawan, peneliti geofisika yang juga dosen di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, mengatakan,
Baca juga: Gempa M 5,3 di Bayah Banten Terasa sampai Tangsel, Tangerang, dan Jakarta
”Ini memang agak sensitif karena berkaitan dengan daerah yang padat penduduk. Tetapi, harus disampaikan apa adanya bahwa dari sisi sains, zona tektonik di selatan Jakarta memang aktif.” kata Endra.
Ia mengatakan, kerentanan bencana di Jakarta dan sekitarnya ini perlu dikomunikasikan ke masyarakat sehingga bisa harus mulai dipersiapkan mitigasinya.
Sebabnya, dengan kepadatan penduduk yang berlipat dibandingkan seabad lalu, dampaknya bisa sangat dahsyat.
”Selain tata ruang dan tata bangunan, juga edukasi dan pelatihan menghadapi gempa perlu disiapkan secara rutin,” kata dia.
Artikel ini telah ditayang di Kompas.id dengan judul Mitigasi Risiko Gempa dari Sesar Baribis di Selatan Jakarta dan Jakarta-Bogor, Bersiaplah Menghadapi Gempa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.