DEPOK, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Depok melalui Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) telah memberikan pendampingan psikologis kepada santriwati yang diduga menjadi korban pencabulan di pondok pesantren kawasan Beji.
Hal itu disampaikan Wali Kota Depok Mohammad Idris setelah menerima surat permintaan dari Polda Metro Jaya terkait pendampingan psikologis untuk korban pencabulan yang berjumlah belasan orang itu.
"Polda sudah bersurat kepada kami untuk dilakukan recovery, pendampingan psikologis kepada korban," kata Idris di Gedung DPRD Depok, Jumat (1/7/2022).
Lebih lanjut ia mengatakan, baru ada tiga korban yang telah didampingi oleh UPTD PPA Depok sesuai arahan dari Polda Metro Jaya.
"Korbannya baru tiga yang diminta kepada kita untuk dilakukan recovery psikologis dan sudah kita lakukan," kata Idris.
Idris menegaskan bahwa pihaknya hanya memberikan bantuan pendampingan secara psikologis, bukan pendampingan hukum.
Pasalnya, kepolisian masih melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.
"Bukan pendampingan kasus sebab belum ketahuan pelakunya. Pemeriksaan pelakunya juga belum, dipanggil juga belum karena ( terduga pelaku) tidak ada di tempat," pungkas Idris.
Sebelumnya diberitakan, belasan santriwati di pondok pesantren yatim piatu kawasan Beji diduga menjadi korban pencabulan oleh ustaz dan kakak kelasnya.
Kasus yang menimpa belasan korban di bawah umur itu dilaporkan ke Polda Metro Jaya dan kini telah diselidiki Ditrektorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum).
Kuasa hukum korban, Megawati, mengatakan bahwa terdapat 11 santriwati yang diduga menjadi korban pencabulan. Namun, baru lima orang yang berani melaporkan kejadian tersebut.
"Dari 11 orang yang dilecehkan, yang berani untuk speak up hanya lima orang, tapi yang sekarang diperiksa oleh penyidik baru tiga orang," ujar Megawati kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Rabu (29/6/2022).
Menurut Megawati, pencabulan tersebut diduga telah terjadi selama satu tahun terakhir, dan baru terungkap pada Juni 2022.
Berdasarkan keterangan para korban, lanjut dia, pelaku pencabulan tersebut diduga berjumlah lima orang.
Baca juga: Saat Remaja Depok Rela Desak-desakan di KRL demi Bikin Konten di Terowongan Kendal...
Empat orang di antaranya merupakan pengajar di sana dan satu lainnya adalah kakak kelas korban.
"Sudah ketahuan seminggu yang lalu pada saat anak-anak itu lagi libur (semester). Pelakunya ada lima orang dari pondok pesantren itu," ungkap Megawati.
Kasus pencabulan tersebut pun kemudian dilaporkan pada 21 Juni 2022 dan teregistrasi dalam tiga laporan berbeda.
"Sekarang ini baru penyelidikan awal. Hari ini baru selesai pemeriksaan perdana untuk korban dan orangtua korban," pungkas Megawati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.