JAKARTA, KOMPAS.com - Pengelola meminta keluarga Amran (50) keluar dari Rumah Susun (Rusun) Jatinegara Barat, Jakarta Timur, salah satunya karena mempertimbangkan kondisi psikologis bayi saat beranjak besar.
Bayi yang dimaksud yakni anak yang dibuang oleh ibunya yang merupakan putri Amran, yakni MS (19).
Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Wilayah I Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta Dwiyanti Chotifah tidak menampik, pihaknya meminta keluarga Amran keluar dari Rusun Jatinegara Barat karena berkaitan dengan kasus MS.
MS telah melakukan perbuatan kriminal dengan membuang bayinya di tepi Kali Ciliwung, wilayah Kampung Pulo, Jatinegara, pada 1 Juni 2022.
Bayi tersebut ditemukan warga dan kini dirawat Amran di Rusun Jatinegara Barat.
"Kalau bayi itu besar dan masih tinggal di (Rusun) Jatinegara Barat, dia ketemu orang, ketemu teman sebaya, apa enggak nanti di-bully?" tutur Dwiyanti saat dihubungi, Senin (4/7/2022).
"Nah itu kan artinya secara tumbuh kembangnya enggak bagus buat jiwanya, secara psikologisnya. Nanti anak itu mungkin juga marah dan kecewa sama orangtuanya, sama kakek dan neneknya," kata Dwiyanti.
Dwiyanti mengatakan, pihaknya juga memikirkan masa depan bayi tersebut.
Selain itu, lanjut Dwiyanti, pihaknya telah menerapkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 111 Tahun 2014.
"Jadi di dalam pergub itu ada larangan (penyewa rusun) melakukan perbuatan kriminal seperti memakai atau menggunakan narkoba, atau berbuat maksiat. Itu menjadi dasar kami dalam bekerja," kata Dwiyanti.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.