JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta buka suara terhadap isu soal Ibu Kota akan tenggelam.
Isu soal Jakarta bakal tenggelam diketahui mencuat beberapa bulan lalu.
Menanggapi isu itu, Kepala DLH DKI Jakarta Asep Kuswanto berujar bahwa Pemprov DKI berencana untuk membangun lebih banyak saluran PAM di Ibu Kota.
Baca juga: Polisi Tangkap Tiga Tersangka Spesialis Pencurian Motor di Pondok Gede
"Pemprov DKI sedang melakukan perencanaan kerja sama pemerintah dengan badan usaha untuk membangun, mengoneksikan PAM," kata Asep kepada awak media, Selasa (5/7/2022).
"Sistem PAM-nya dari Jati Luhur langsung ke Jakarta," sambung dia.
Menurut Asep, perencanaan itu kini sedang dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DKI Jakarta.
Dengan adanya jaringan PAM yang lebih banyak, Asep berharap bahwa warga tak lagi mengeksploitasi air tanah.
"Ke depannya diharapakan sudah tidak ada lagi eksplolitasi terhadap pemakaian air tanah," ucap Asep.
Baca juga: 2 Korban Jebolnya Tandon Air Proyek LRT di Rasuna Said Masih Dirawat di Rumah Sakit
Diberitakan sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sempat menyinggung soal prediksi Jakarta tenggelam dalam kurun 10 tahun ke depan.
Hal ini ia sampaikan saat berpidato mengenai isu pemanasan global di Kantor Direktur Intelijen Nasional AS pada 27 Juli 2021.
Dia menuturkan, prediksi tenggelamnya Jakarta akibat kenaikan permukaan air laut.
"Apa yang terjadi di Indonesia, jika perkiraannya benar, bahwa dalam 10 tahun ke depan mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya (Jakarta) karena akan tenggelam," kata Biden.
Koordinator Geologi Lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wahyudi Memet menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan tanah mengalami penurunan.
Pertama, proses atau aktivitas vulkanik dan tektonik, siklus geologi, dan adanya rongga di bawah permukaan tanah. Kemudian, ada pengambilan bahan cair dari dalam tanah seperti air tanah atau minyak bumi.
Selain itu, terdapat beban berat di permukaan, seperti struktur bangunan, sehingga lapisan tanah di bawahnya mengalami kompaksi atau konsolidasi.
Wahyudi berpandangan, fenomena penurunan tanah yang terjadi di Jakarta, khsusnya di Jakarta Utara, merupakan dampak dari pembangunan yang masif.
"Banyak tanah urukan khususnya di Pluit dan Kelapa Gading yang mengalami penurunan tanah karena pembangunan atau dalam Geologi istilahnya adalah settlement," ungkap Wahyudi kepada Kompas.com saat dihubungi, Sabtu (29/1/2022).
Baca juga: Aliran Air Bersih Mati Hampir Seminggu di Cililitan Kecil, Warga Kesulitan Penuhi Kebutuhan
Tanah endapan yang masih muda kemudian dilakukan konstruksi pembangunan juga dapat menjadi salah satu penyebab tanah mengalami penurunan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.