JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Area Perpustakaan Gedung Panjang Kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Kamis (7/7/2022).
Dalam peresmiannya itu, Anies terkenang akan janji kampanye pada saat Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2017. Peresmian ini menjadi hari yang bersejarah karena PDS HB Jassin ini adalah salah satu janji kampanyenya.
Kendati demikian, Anies mengaku sempat menemui banyak tantangan di awal kepemimpinannya untuk menghadirkan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin.
Adapun pusat dokumentasi sastra ini lahir berkat tangan dingin Hans Bague Jassin, jejak tangan para sastrawan tanah air masih terekam baik. Kritikus sastra ini pun dikenal baik dengan julukan "Paus Sastra Indonesia".
Baca juga: Resmikan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Anies: Ini Salah Satu Janji Kampanye
Cobaan merawat ingatan sastra itu sudah terjadi sejak HB Jassin kelimpungan mengelola ribuan dokumen sastra di sebuah rumah yang ia sewa di Gang Siwalan, Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.
Dalam otobiografi Ajip Rosidi, sastrawan sekaligus Ketua Dewan Pembina Yayasan Dokumentasi HB Jassin, menceritakan bagaimana sang Paus Sastra Indonesia itu berkorban demi menyelamatkan dokumen sastranya.
Menurut Ajip, Jassin pernah terusir dari rumah yang ia sewa karena pemilik tempat tinggalnya itu hendak menghuni rumah itu untuk keperluan pribadi.
"Jassin pun kebingungan sebab di mana doumentasinya akan disimpan," tulis Ajip dalam otobiografinya berjudul Hidup Tanpa Ijazah, yang Terekam dalam Kenangan (2007).
Baca juga: Dispusip DKI Jakarta Tambah Koleksi Buku Pusat Dokumen Sastra HB Jassin
Ajip sendiri sudah melihat usaha Jassin yang luar biasa itu sejak pertama kali mengunjungi rumahnya di Gang Siwalan yang sempit itu.
Di dalam rumah yang sempit itu, Ajip menggambarkan di sepanjang dinding penuh rak berisi map yang memuat dokumen sastra yang dikumpulkan Jassin dengan rajin.
"Kian hari jumlah map dokumen kian banyak, sehingga tidak cukup lagi disimpan di rumah Gang Siwalan," tutur Ajip.
Usaha pengumpulan dokumentasi sastra pada itu ditanggung penuh oleh kocek pribadi Jassin sendiri. Tidak pernah ada bantuan dari mana pun.
Dokumentasi sastra milik Jassin itu memang sempat dipindahkan ke Kantor Lembaga Bahasa Nasional (LBN) di gedung yang terletak di seberang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Bantuan itu ditawarkan atas inisiatif Kepala LBN Etti Rudjiati Mulyadi.
Namun, rupanya bantuan itu dinilai tak maksimal. Jumlah dokumennya sangat banyak sehingga Kantor LBN yang digunakan sebagai tempat sementara itu tidak memadai.
Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Kini Mengelola PDS HB Jassin
"Kami sudah mengajukan permohonan agar pemerintah menyediakan dana untuk membantu dokumentasi Pak Jassin, tetapi pemerintah tidak juga mau," ujar Ajip.
Ajip berujar saat menjadi ketua di Dewan Kesenian Jakarta pun berupaya untuk memberikan bantuan setiap bulannya. Namun itu belum cukup.
Saat itu Ajip ikut memikirkan jalan keluar agar dokumentasi sastra milik HB Jassin bisa diselamatkan. Akhirnya, ia pun terpikir untuk meminta bantuan Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.
Pasalnya, Ajip berpandangan bahwa manfaat dokumentasi itu akan sangat besar bagi penelitian tentang sastra Indonesia modern nantinya.
Sebelum datang menemui Ali, ternyata Ajip diundang lebih dulu. Ia diminta menjelaskan kodisi pusat dokumentasi sastra itu setelah membaca pernyataan Jassin di sejumlah media.
"Aku terangkan secara singkat manfaat usaha pendokumentasian yang dilakukan oleh Jassin sejak puluhan tahun," ujar Ajip.
Saat itu Ajip menyarankan agar dokumentasi diserahkan kepada Akademi Jakarta, mengingat Jassin juga anggota lembaga itu. Namun, rencana itu rupanya menemukan jalan buntu.
Baca juga: Anies Ingin Jadikan PDS HB Jassin Terkemuka di Asia Tenggara
Saat itu, Akademi Jakarta meminta untuk membentuk yayasan baru agar bisa mendapatkan subsidi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Syaratnya, semua dokumen harus diserahkan kepada yayasan. Namun, keputusan itu ditolak Jassin karena ia tak rela menyerahkan begitu saja dokumen miliknya.
Keputusan itu pun disampaikan kepada Ali Sadikin. Akhirnya, Ali menanyakan apa saja harapan dari upaya penyimpanan dokumentasi ini, termasuk fasilitas yang dibutuhkan.
Ajip pun memberikan sejumlah daftar yang bisa ditawarkan kepada Jassin, termasuk soal hunian baru.
Akhirnya Jassin sepakat tawaran Ali Sadikin. Jassin memindahkan dokumennya ke kediaman barunya di daerah Grogol, Jakarta Barat.
Yayasan itu pun kemudian tetap berdiri dengan nama Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin. Adapun Ajip menjabat sebagai salah satu pendiri atas nama pribadi, bukan sebagai Ketua DKJ.
"Menurut Pak Gubernur, supaya kalau kapan-kapan Pak Jassin menghadapi kesulitan, Pak Ajip bisa bantu," tulis Ajip.
Baca juga: Gubernur Berganti, PDS HB Jassin Kini Bersedia Dikelola Pemprov DKI
Adapun para pendiri Yayasan PDS HB Jassin itu semuanya ex-officio, kecuali HB Jassin dan Ajip Rosidi. Lainnya, diisi oleh Gubernur DKI Jakarta, Ketua DKJ, wakil dari Pusat Bahasa.
Mengutip dari situs resmi Perpustakaan Jakarta, Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin resmi dibentuk pada 28 Juni 1976. Pada 30 Mei 1977, PDS H.B. Jassin diresmikan oleh Ali Sadikin.
Mulai saat itulah, semua dokumen sastra H.B. Jassin yang berada di berbagai tempat disimpan dan dikumpulkan pada satu tempat yang berlokasi di Taman Ismail Marzuki dan dikelola oleh yayasan atau yang dikenal dengan PDS H.B. Jassin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.