JAKARTA, KOMPAS.com - Jenazah Mohamad Ruslan (43), salah satu korban kecelakaan truk Pertamina di Cibubur, tiba di rumah duka yang terletak di Gang Nasib, Palmerah, Jakarta Barat, pada Selasa (19/7/2022) pukul 17.13 WIB.
Jenazah Ruslan tertutup rapat di dalam peti mati berwarna coklat tua. Peti itu tiba dengan dipikul sejumlah orang melewati gang-gang sempit menuju ke dalam rumah.
Ambulans hanya bisa mengantar hingga ke jalan besar.
Jenazah Ruslan dijemput sang adik, Ryad (39), dari RS Polri Kramat Jati setelah menjalani sejumlah prosedur identifikasi.
Jenazah Ruslan sudah dinantikan anggota keluarganya, khususnya sang Ibunda, Rumiyati (60), yang sejak kemarin sudah menangisi kepergian anak sulungnya itu.
Meski jenazah anaknya sudah tiba, namun Rumiyati hanya bisa duduk termenung sembari sesekali bersalaman dengan para tetangga yang mengucapkan belasungkawa.
Baca juga: Redup Mata Ibu Menanti Kedatangan Jenazah Korban Kecelakaan Truk Pertamina di Cibubur
Pasalnya, peti mati Ruslan tidak diperkenankan untuk dibuka. Padahal ia sangat ingin melihat wajah anaknya untuk terakhir kali.
Kendati demikian, warga lainnya mengaku tidak begitu mengetahui jika peti tersebut tidak boleh dibuka.
Para pelayat maupun keluarga hanya bisa berasumsi, sebab di rumah duka tidak terlihat adanya petugas yang mengantarkan jenazah Ruslan.
"Katanya, enggak boleh dibuka. Tapi enggak tahu juga," kata salah satu warga yang ikut memanggul peti jenazah dari ambulans.
Rumiyati bercerita, ia tidak berselera makan sejak kemarin. Ia baru mau makan setelah jenazah Ruslan tiba.
"Gimana ya namanya anak pertama. Saya disuruh makan dari semalam, tapi saya enggak mau. Saya mau ngelihat dia, biarin dianya sudah enggak ada, tapi saya mau lihat buat yang terakhir kali," ungkap Rumiyati saat ditemui di rumah duka, Selasa (19/7/2022).
Rumiyati mengenang kali terakhir Ruslan mengecup tangan kanannya. Saat itu, Ruslan hendak berangkat bekerja sebagai kurir laboratorium dental di Cibubur.
"Dia jalan jam setengah 10 pagi, dia cium tangan, dia minta doa 'mak, doain ya biar selamat, biar kerjanya lancar'," kenang Rumiyati.
Rumiyati tak pernah menyangka, pagi itu adalah kali terakhir ia melihat anak sulungnya.