JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan berorientasi transit Dukuh Atas, Jakarta Pusat, kian ramai oleh masyarakat dengan dominasi usia belasan tahun.
Mereka yang datang tidak hanya dari wilayah DKI Jakarta, tetapi juga dari kota penyangga Depok dan Kabupaten Bogor, lebih spesifik lagi dari wilayah Citayam dan Bojong Gede.
Para remaja itu berdatangan dengan busana yang nyentrik. Mereka menyebutnya sebagai outfit untuk berkumpul atau pun membuat konten guna meningkatkan popularitas.
Bahkan, beberapa dari remaja tersebut sudah bisa meraup keuntungan dari gaya berpakaian mereka, karena dianggap unik untuk dibuat konten.
Baca juga: Pendaftaran Merek Citayam Fashion Week Dikritik, Ruang Berekspresi Tak Perlu Komersialisasi
Kawasan Dukuh Atas yang kini dikenal dengan kegiatan "Citayam Fashion Week" itu seolah menjadi ladang cuan bagi para muda-mudi kreator konten.
Irgi (16), remaja Pabuaran atau tepatnya asal perkampungan di perbatasan Citayam-Bojong Gede, tampak sibuk bermain ponsel di pedestrian. Pesan masuk hingga panggilan telepon dari rekan sebayanya seolah tiada henti.
"Iya bentar-bentar, nanti gua ke sana," kata Irgi saat berbincang dengan rekannya di ujung telepon.
Baca juga: Pakar Sebut Pengajuan Citayam Fashion Week sebagai Merek Sah secara Hukum, tetapi Tak Pantas
"Dibagi job endorse dari teman, video barang (produk) di sana," kata Irgi usai menutup sambungan telepon.
Bocah 16 tahun itu pun langsung bergegas dengan rekannya, Dirga, asal Tanah Abang, Jakarta pusat. Keduanya langsung bertemu dengan sejumlah tim promosi produk dan langsung membuat konten foto serta video untuk diunggah ke media sosial.
Prosesi pengambilan gambar pun selesai, tim promosi kemudian memberikan produk yang sedang ditawarkannya, dan memberikan sejumlah uang sebagai bayaran.
Baca juga: Saat Citayam Fashion Week Bukan Semata Tempat Adu Gaya, tetapi Juga Ladang Cuan...
"Dapet lagi lima puluh rebu. Mayan (lumayan) buat ongkos pulang kereta," kata Irgi dengan aksen khas "Citayam"-nya.
"Tinggal posting di (aplikasi) Tiktok. Tulis produknya," sambung Irgi.
Dia pun kemudian mengolah foto dan video produk yang direkamnya sendiri, kemudian diunggah ke akun media sosialnya.
Baca juga: Di Citayam Fashion Week, Kak Seto: Adik-adik Mengguncang Indonesia dengan Kreativitas
Kegiatan itu tidak hanya sekali dua kali dilakukan Irgi selama berada di kawasan Dukuh Atas sejak Senin siang.
Pengamatan Kompas.com, setidaknya ada tiga hingga empat merek produk tertentu yang memintanya menjadi "bintang iklan" dadakan di kawasan Dukuh Atas.
"Ya rezeki, Bang. Saya mah terima aja. Mau barang, mau duit, ayo aja. Saya tas sudah pernah dapet, baju, celana, topi pernah. Sepatu yang belom, ini punya kakak," kata Irgi.
Setelah selesai melakoni pekerjaannya sebagai "model jalanan" di Citayam Fashion Week, Irgi dan Dirga pun bersantai di pedestarian.
Baca juga: Roy Citayam, Sukses Raup Cuan dan Jadwal Kolaborasi Sebulan Penuh
Mereka berbincang dan bercanda ria dengan sejumlah teman sebaya yang sebetulnya baru mereka kenal ketika menongkrong di Dukuh Atas.
"Ayo bang kita nongkrong aja, barengin," kata Dirga sambil bertegur sapa dengan anak-anak sepantarannya.
Menurut Dirga, saling bertegur sapa satu sama lain dengan orang yang belum atau baru dikenal, hingga mengajak nongkrong bersama merupakan sebuah hal biasa.
Cara mengasyikkan itu sudah menjadi kebiasaan para muda-mudi yang berkumpul di Dukuh Atas, jauh sebelum munculnya istilah Citayam Fashion Week.
Baca juga: Ini Penjelasan Citayam Fashion Week Sah Diajukan sebagai Merek meski Mengandung Nama Daerah
"Kita-kita orang kan ada grup bang dulu. Cuma saya udah keluar, banyak juga yang keluar, bikin grup baru," ucap Dirga.
Berawal dari nongkrong
Para remaja di kawasan Dukuh Atas, khususnya sebelum dikenal sebagai "Citayam Fashion Week", mulanya hanya ingin berkumpul dan sekadar berfoto untuk kebutuhan pribadi.
Tidak pernah terlintas dalam benak mereka bisa mendapatkan uang dengan cara berpakaian dan kepercayaan diri untuk berpose di pinggir jalan. Semua semata untuk kepuasan pribadi.
"Ya awalnya mah nongkrong-nongkrong aja, kenalan. Ngonten-ngonten, bukan endorse-an. Sama juga, dulu gitu sama Bonge, kenal-kenalannya ya di sini," kata Dirga.
Hal senada disampaikan oleh Gita (16) warga Kampung Pulo, Depok. Pemukiman yang berada tak terlalu jauh dari Stasiun Citayam, Depok.
Remaja perempuan itu mengaku sudah sejak dulu mampir ke kawasan berorientasi transit Dukuh Atas, bersama teman-teman sebayanya.
"Ya dari dulu sering ke sini. Rame-rame, biasanya ceweknya empat, cowoknya tiga. Cuma sekarang lagi enggak ikut semua," kata Gita.
Seiring berjalannya waktu, kata Gita, kawasan Dukuh Atas semakin viral di jagad maya dan ramai dikunjungi. Mereka yang kerap nongkrong sambil "ngonten" mulai menjadi sorotan.
Sejumlah tawaran untuk difoto atau dibuat video, hingga ikut serta memamerkan produk tertentu pun berdatangan.
Baca juga: Kunjungi Dukuh Atas, Wakil Ketua DPRD DKI Ajak Roy SCBD Gelar Fashion Show di KBT
"Awalnya kan udah sering ngonten. Terus lama-lama dikontak sama teman di sini. Diajak endorse, nomor aku dikasih. Gitu-gitu," ungkap Gita.
Dengan adanya tawaran mempromosikan produk tertentu itu, siswi sekolah menengah atas (SMA) itu pun akhirnya semakin sering ke Dukuh Atas. Tidak hanya pada saat akhir pekan seperti bulan-bulan sebelumnya.
"Biasanya Sabtu-Minggu aja ke sini. Sekarang ke sini karena ada endorse-an aja. Pulang sekolah ke sininya tadi jam 2 siang," kata Gita.
Tak berapa lama kemudian Gita dan dua rekan pamit. Mereka hendak membuat konten foto dan video promosi dari merek produk tertentu yang menawarkannya.
Banyaknya tawaran untuk membuat konten tersebutlah yang pada akhirnya membuat para muda-mudi semakin banyak dan sering berkumpul di Dukuh Atas, tidak hanya pada saat akhir pekan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.