"Saya tidak membayangkan di sebuah ruangan seperti itu (ruang publik) di mana ada begitu banyak orang, terjadi pengeroyokan seperti itu," katanya.
Kemudian, jaksa membacakan hasil visum Ade Armando dari Rumah Sakit Siloam Semanggi. Ade sempat dirawat di sana setelah insiden pengeroyokan.
Baca juga: Saat Seorang Terdakwa Menghampiri dan Menyalami Ade Armando, Minta Maaf Telah Mengeroyok...
Jaksa mengungkapkan, Ade mengalami luka robek pada bagian kepala, luka memar dan bengkak di wajah.
"Luka lecet di daerah kelopak mata kanan. Beberapa luka memar di lengan tangan kanan dan kiri, tungkai bawah kanan dan kiri serta kaki kiri," ucap jaksa.
"Lalu disertai cedera kepala dengan gambaran pendarahan bawah selaput keras dan lunak otak, memar jaringan otak yang berlokasi di otak bagian depan sebelah kanan dan otak bagian belakang terutama sebelah kanan akibat bersentuhan dengan benda tumpul," sambungnya.
Kemudian, saat ketua majelis hakim Dewa Ketut Kartana bertanya apa luka-luka tersebut telah sembuh, Ade Armando mengucapkan rasa syukur. "Alhamdulillah," kata Ade.
Salah satu terdakwa, Al Fikri Hidayatullah, sempat menghampiri Ade untuk meminta maaf di sela-sela persidangan. Ketika itu hakim memberikan waktu untuk istirahat.
Tak lama kemudian, Fikri menghampiri dan menyalami Ade. Lantas, Ade menjabat tangan Fikri sambil tersenyum.
"Saya percaya kamu anak baik, berbakti sama ibu," kata Ade sambil menggenggam tangan Fikri.
Setelah itu, keduanya sempat berbincang. "Saya memang tunggal, sama ibu doang Pak," ujar Fikri.
Kemudian, Ade mencari ibu dari Fikri yang saat itu hadir di persidangan. Ibu dari Fikri kemudian datang dan bersalaman.
"Ibu maafin anaknya ya, mudah-mudahan dia jadi anak baik ya. Masih muda, masih banyak waktu," ucap Ade kepada ibunda Fikri.
Namun, Ade enggan menjawab pertanyaan hakim saat enam terdakwa diberikan kesempatan untuk meminta maaf secara langsung.
Pertanyaan itu dilontarkan oleh hakim ketua Dewa Ketut Kartana di pengujung persidangan.
"Saudara saksi (Ade), kalau ada yang mau minta maaf sekarang mau nggak saudara memaafkan?" kata Kartana.