Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Citayam Fashion Week Ditertibkan Petugas, Ini Kata Sosok Pencetusnya

Kompas.com - 28/07/2022, 13:25 WIB
Ihsanuddin

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Remaja yang kerap menongkrong dan beradu outfit di Dukuh Atas, mengaku tak keberatan ajang Citayam Fashion Week ditertibkan oleh petugas.

Akan tetapi, di sisi lain, pemerintah juga harus lebih melek terhadap ketersediaan ruang bagi anak-anak muda untuk bisa bebas mengekspresikan diri.

"Cuma kita butuh wadah aja, biar kita bisa berkreasi dan bisa dilihat juga sama kaca internasional kalau fashion Indonesia bisa menerobos internasional," kata Ahmad Sofi Allail alias Ale (19), Rabu (27/7/2022) malam, dilansir dari Tribun Jakarta. 

Baca juga: Lokasi Citayam Fashion Week Sempat Ditutup akibat Macet, Panjangnya sampai 4 Kilometer

Ale merupakan salah satu remaja yang memulai tren Citayam Fashion Week di Dukuh Atas, Jakarta Pusat.

Ale bercerita, fenomena ini bermula ketika warganet ramai-ramai menjuluki tongkrongan anak muda disana yang mayoritas berasal dari daerah penyangga Jakarta dengan sebutan Citayam Fashion Week.

Julukan Citayam Fashion Week, diberikan oleh warga net lantaran remaja-remaja yang kerap nongkrong itu dinilai memiliki gaya yang nyentrik.

Ale menilai istilah fashion week tidak tepat karena identik dengan runaway atau berjalan di atas catwalk.

Akhirnya, Ale pun menginisiasi agar para remaja yang berkumpul tak hanya sekedar menongkrong di trotoar, namun juga menggunakan zebra cross disana sebagai catwalk. 

"Kebetulan aku di sini udah dari 2019. Memang sering runaway, foto-foto di zebra cross itu. Akhirnya sekalian deh mumpung rame. Ternyata, aku menginspirasi orang-orang untuk lebih percaya diri," katanya.
Baca juga: Keluh Kesah Karyawan Dukuh Atas di Balik Ingar Bingar Citayam Fashion Week

Kini, ajang Citayam Fashion Week menjadi sorotan banyak orang karena menimbulkan kemacetan dan parkir liar. 

Ajang fashion show di zebra cross yang diinisiasi Ale pun kini dilarang oleh petugas. 

Petugas dari kepolisian, dinas perhubungan, dan juga Satpol PP memblokade zebra cross dan hanya membolehkan fasilitas itu digunakan untuk menyebrang jalan. 

Menurut Ale, langkah petugas itu sah-sah saja, mengingat ajang fashion show itu kini sudah terlalu ramai hingga menimbulkan masalah kemacetan. 

Walau begitu, kata Ale, pemerintah juga harus lebih jeli melihat kebutuhan ruang berekspresi bagi anak-anak muda seperti dirinya.

Baca juga: Catwalk Citayam Fashion Week Sempat Dipakai dan Dibanggakan Anies, Kini Diblokade Polisi...

Setidaknya, Pemerintah bisa mencarikan solusi lain agar anak-anak muda seperti Ale bisa bebas berekspresi walau Citayam Fashion Week di Dukuh Atas ditertibkan.

"Kalau dikasih wadah pasti mau dong, biar kita lebih terorganisir dan tertuju. Datang ke CFW untuk apa, apakah berkarya, atau dapatin dan belajar hal baru, Itu kalau dikasih wadah,"

"Enggak apa-apa ditertibkan, asal kita dikasih wadah. Ada solusi lain untuk anak-anak berkreasi," imbuhnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul "Remaja SCBD Tegur Pemerintah Soal Citayam Fashion Week: Gapapa Ditertibkan, Asal Ada Wadahnya"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com