JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah satu tahun ditutup akibat pandemi Covid-19, Museum Mandiri telah dibuka untuk publik per Juni lalu.
Museum yang terletak di Jalan Lapangan Stasiun Nomor 1 ini menjadi saksi bisu peninggalan Belanda yang dibangun pada era kolonial.
Dulunya, Museum ini merupakan Gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau Netherlands Trading Corporation yang dibangun pada 1929 dan dibuka secara resmi pada 1933.
Dilansir dari Antara, gedung perusahaan yang dulunya dikenal sebagai Factorij Batavia ini menyimpan sejarah ekonomi dan perbankan yang mengiringi perjalanan sejarah Indonesia.
Salah satunya adalah ruang yang menampilkan sejarah sistem tanam paksa atau Cultuurstelsel. Sistem yang menimbulkan kesengsaraan bagi Bangsa Indonesia ini dicetuskan oleh Gubernur Jenderal Johannes Van den Bosch pada 1830.
Baca juga: Loonami House, Museum dan Kafe buat Penggemar KPop di Jakarta
Faktor eksternal seperti Revolusi Belgia dan faktor internal yang menguras kas uang Belanda pada akhirnya membuat Van den Bosch mencetuskan tanam paksa yang berujung bencana.
Hal menarik lainnya adalah ruangan sejarah tanam paksa ini dilengkapi dengan diorama bagaimana tuan tanah Belanda menyiksa Rakyat Indonesia selama periode tanam paksa.
Museum Mandiri turut menampilkan sejarah budaya menabung yang sudah dilakukan masyarakat Nusantara sejak dulu.
Di sini pengunjung bisa mengenal bagaimana leluhur Indonesia mulai menyimpan uang di celengan yang terbuat dari batang pohon bambu, jauh sebelum celengan tanah liat beraneka bentuk bahkan bank ada di Bumi Pertiwi.
Selain itu, ada juga koleksi barang sejarah yang mewarnai perjalanan perbankan di Indonesia. Salah satunya adalah koleksi brankas dari berbagai macam era.
Baca juga: Museum Bahari Bakal Punya Ruang Titik Nol Meridian Batavia, Apa Itu?
Uniknya, koleksi brangkas ini tersimpan dalam brankas besar berbentuk ruangan yang diberi nama brandkast, kluis atau safe deposit.
Ruangan brankas besar tersebut juga memiliki pintu baja yang sangat kokoh dilapisi jeruji besi dan menempel dengan kuat di dalam tembok.
Benda-benda perbankan pada awal mula dikenal di Indonesia juga terpampang di museum ini.
Mesin anjungan tunai mandiri (ATM), alat timbang perbankan, alat pemotong uang kertas, hingga kamar khusus buku besar merupakan beberapa koleksi yang dapat dilihat pengunjung.
Di museum ini juga tersimpan koleksi tumpukan saham dan surat berharga, bahkan buku besar zaman dahulu yang ukurannya memang sangat besar untuk pencatatan keuangan tersimpan dengan baik.
Didirikan pada tahun 1929, Gedung NHM dirancang oleh dua arsitek berkebangsaan Belanda, yaitu J.J.J. de Bruyn, A.P. Smits, dan C. Van de Linde.
Ketiga perancang ini memiliki arsitektur bergaya Niew Zakelijk atau Art Deco Klasik. Ini terlihat dari bentuk bangunan yang kokoh dan tampak megah.
Baca juga: Museum Mandiri Jakarta Dibuka Lagi, Ini Harga Tiketnya
Memiliki lahan seluas 10.039 meter persegi, museum ini masih mempertahankan bentuk aslinya. Ini bisa dilihat dari bentuk ubin serta dinding yang identik dengan zaman kolonial Belanda.
Dalam booklet “Tegel Mozaiek: Dari Gaya Art Deco Menjadi Ikonik” yang diterbitkan Museum Mandiri, bagian lantainya juga bergaya seni Art Deco berupa Tegelmozaiek.
Andalan gaya seni ini adalah memfavoritkan ubin seni mozaiek sebagai bahan penutup lantai.
Museum ini juga dilengkapi lift bersejarah yang terpasang sejak 1933. Lift itu masih berfungsi dan terawat dengan baik.
Adapula seni kaca patri yang terpasang dan terawat baik di tangga menuju ruang direksi museum ini.
Kaca patri dengan nilai seni ini dirancang oleh F.H. Abbing Jr yang merupakan anak dari sekretaris direktur NHM di Amsterdam, Belanda yakni F.H. Abbing.
Kaca patri ini menggambarkan tiga bagian penting. Salah satunya adalah tentang perjalanan pelaut Belanda Cornelis de Houtman dalam menemukan Bumi Nusantara.
Akhirnya, mereka membuka jalan bagi para pedagang Belanda yang dinaungi oleh Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC masuk ke Indonesia.
Bagian berikutnya adalah penggambaran lima sosok yang terdiri dari empat wanita dan satu pria tua.
Dua sosok wanita pada bagian dua bilah kiri pertama dan seorang wanita bersama pria tua di dua bilah kanan digambarkan sebagai representasi empat musim di Eropa yakni musim semi, panas, gugur, dan dingin.
Baca juga: Wagub DKI Sebut Tebet Eco Park Dibuka Kembali dalam Waktu Dekat
Sedangkan sosok wanita di bilah tengah atau bilah Nusantara digambarkan sebagai Ibu Pertiwi Nusantara yang terlihat cantik, anggun, memesona dengan dikelilingi gunung berapi dan hutan yang subur sebagaimana keindahan pesona alam Indonesia yang dilimpahi kekayaan sumber daya alam.
Di bilah Nusantara, pengunjung bisa melihat bagaimana Belanda sangat memuja Indonesia baik dari keindahan panoramanya maupun kekayaan alamnya hingga digambarkan sebagai sosok dewi yang cantik.
Bagian terakhir dari kaca patri ini adalah prasasti yang ditujukan untuk menghormati Cornelis Johannes Karel van Aalst, sosok Presiden Direksi NHM yang sangat berpengaruh bukan hanya bagi internal perusahaan namun juga berpengaruh bagi Belanda.
Museum Mandiri bisa menjadi salah satu destinasi untuk mengisi libur akhir pekan.
Museum ini buka dari hari Selasa sampai Minggu, mulai pukul 09.00 WIB -15.00 WIB. Pada hari Senin dan hari libur nasional, museum ini tutup.
Baca juga: INFOGRAFIK: 47 Tahun Beroperasi, Ini Fakta-fakta Menarik Monas
Sementara itu, harga tiket masuk Museum Mandiri terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
Pembelian tiket bisa dilakukan dengan datang langsung ke loket Museum Mandiri. Sebelum masuk, pengunjung wajib memindai kode QR PeduliLindungi dan cek suhu. Pengunjung juga wajib memakai masker.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram