Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ironi Warga Tanah Abang, Tinggal di Pusat Jakarta tetapi Kesulitan Dapat Air Bersih

Kompas.com - 10/08/2022, 08:55 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Salamah (52), warga RW 002 di Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengeluhkan matinya aliran air PAM di lingkungan rumahnya yang terjadi sejak tiga pekan lalu.

Ia sampai harus mengantre untuk mengambil air bersih di salah satu pos ormas di dekat rumahnya. Salamah heran sebab ia yang tinggal di pusat kota Jakarta masih saja kesulitan mendapatkan akses air bersih.

"Kok tinggal di Jakarta sampai kesusahan air. Ada apa sih nih udah tiga minggu. Banyak laporan, tapi enggak ditanggapin," kata dia dikutip dari TribunJakarta.com pada Selasa (9/8/2022).

Baca juga: Kondisi Air Tanah di Jakarta Kritis, PAM Jaya Targetkan Layanan SPAM 100 Persen pada 2030

Salamah kelimpungan dan jengkel saat air PAM di rumahnya di pusat kota Jakarta justru tak mengalir sama sekali selama tiga pekan terakhir.

"Tiga minggu kemarin itu sama sekali enggak netes, enggak ngalir," kata dia.

Kelangkaan air yang mendadak itu mengakibatkan aktivitas sehari-harinya terganggu. Ia akhirnya terpaksa mengantre bersama warga lainnya untuk memperoleh air. Kebetulan salah satu ormas mengizinkan warga mengakses air bersih di pos mereka.

"Warga tiap pagi, sore hingga malem ngangkut air dari sana," kata Salamah.

Namun, beberapa warga memilih membeli air bersih di tempat lain agar tak perlu mengantre. Ada juga yang menumpang mengambil air bersih dari tetangga mereka. Dalam satu hari, Salamah membutuhkan sekitar 10 galon air bersih.

Baca juga: Ini Rencana PAM Jaya terhadap Pelanggannya Setelah Kerja Sama Swastanisasi Air Berakhir pada 2023

"Sekitar 10 galon air bersih, buat mandi, nyuci piring, sama buat wudhu. Soalnya kalau numpang sana, numpang sini saya enggak enak. Rasanya udah kepingin marah-marah aja tiap hari," keluh Salamah.

Salamah memilih antre panjang demi mendapatkan air cuma-cuma di pos ormas itu. Sebab, lama kelamaan ia bisa tekor bila harus merogoh kocek untuk membeli air bersih seharga Rp 5.000 per galon.

"Saya biarin lah capek-capek ngantre yang penting dapat air," tutur dia.

Ia sempat bersyukur air di permukiman warga RW 002 tiba-tiba menyala pada Senin (8/8/2022) sekitar pukul 10.30 WIB.

Namun, sekitar pukul 22.00 WIB air tiba-tiba mati hingga esok harinya pada Selasa (9/8/2022) pukul 05.00 WIB. Kini, meski sudah menyala, debit air yang mengucur masih kecil.

"Nyala lagi tadi sekitar 05.30 pagi," tutur dia.

Ia berharap air di permukimannya bisa terus digunakan sepanjang hari tanpa ada kendala.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com