Membawa kembali sebuah “locus sakral” tentang yang lalu; yang semestinya menjadi titik pijak ingatan kita, terlebih di Jakarta Timur yang tenar sebagai “lumbung pangan” di Jakarta sejak masa Pendudukan Kolonial Belanda yang di sana kita bisa mendapati Gudang Beras, Pasar Induk Cipinang dan Pasar Klender.
Maka perspektif psiko-geografis menjadi pemandu para seniman itu, yang membuka-buka kembali saksi-saksi sejarah dengan mewawancarai para pewaris lokasi dan pemukim migran lokal selama ratusan tahun itu, tentu juga dengan buku-buku, situs-situs internet dan akses youtube serta rekaman video-video lampau dan akses data-data digital dibedah.
Selain mengunjungi Pasar Klender merelasikan peristiwa-peristiwa sekitar tahun-tahun revolusi, tokoh-tokohnya di Jakarta dari etnik Betawi juga menyoal isu yang sedang hangat baik dalam perspektif lokal pun global, yakni: ketahanan pangan dan krisis pangan dunia.
Berbagai data literasi dibedah, dari G.J. Nawi, "Maen Pukulan: Pencak Silat Khas Betawi" sampai buku provokatif yang bersilang-sebutan antara jawara, ulama dan kelompok-kelompok pembangkang (para jagoan) di sekitar perang revolusi 1945 dari B. Lintner, "Blood Brothers: The Criminal Underworld of Asia" dan Robert Cribb, "Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949".
Tak lupa kepercayaan diri tulisan-tulisan Abdul Haris Nasution untuk membela para pejuang kemerdekaan kita—yang distigma kurang baik di sejumlah buku manca negara-- untuk mempertahankan Republik Indonesia dengan bukunya, "Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia" yang terbit pada 1979.
Hampir seluruh literasi menunjukkan selain para jawara seperti Si Pitung dll, memberi arah pandu pada tokoh kharismastik dari Klender, yakni: Haji Darip.
Haji Darip dikenal sampai sekarang oleh warga Betawi ketokohannya sebagai ulama, status Kiai Haji sering disematkan oleh publik.
Ketika revolusi fisik pada 1945, ia sampai dikenang kondang menjadi jago silat yang menemukan gaya “Maen Pukulan” khas Betawi.
Jalan Haji Darip merupakan salah satu nama jalan baru yang diubah Pemprov DKI Jakarta, melalui Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 565 Tahun 2022, selain 21 nama jalan lainnya di beberapa titik di Jakarta.
Penggantian itu dilakukan menjelang hari jadi Kota Jakarta ke-495, yang jatuh pada 22 Juni lalu.
Selain mitos bahwa Haji Darip memimpin para jago yang menguasai Klender, Pulogadung, dan Bekasi untuk melawan serdadu NICA, dengan ilmu supranatural dan kesaktian, sehingga membuat anak buahnya kebal terhadap senjata tajam dan peluru, ada yang menarik tentang keterkaitannya dengan Bung karno.
Bung Karno dan para pemimpin negara usai memerdekakan Republik ini dengan pernyataan proklamasi segera melakukan konsolidasi nasional dengan memperkuat pertahanan fisik dan persiapan perang kota.
Mengingat bahwa tetara NICA dipimpin Belanda tak sudi dengan pernyataan independensi negara baru atas nama Soekarno-Hatta, maka Jakarta segera menjadi kacau dan tak aman.
Usai tiga bulan pembacaan proklamasi, Bung Karno memimpin Rapat Akbar pada bulan Oktober 1945 didampingi oleh Haji Darip dan sejumlah tokoh lainnya.
Soekarno pertama kali meneguhkan bahwa kondisi darurat perang sedang terjadi, maka gudang-gudang pangan dan gudang-gudang beras yang berpusat di sekitar Klender-Jatinegara selayaknya direbut pun dipertahankan dan jangan sampai keluar wilayah itu.