JAKARTA, KOMPAS.com - Fenomena aksi peragaan busana atau "Citayam Fashion Week" di kawasan Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, tak lagi ramai seperti beberapa waktu terakhir.
Menanggapi sepinya aksi pamer fesyen yang sempat viral itu, Pengamat Sosial Universitas Indonesia Devie Rahmawati menyebutkan ada dua faktor menjadi penyebab sepinya kawasan Dukuh Atas belakangan ini.
"Pertama karena sudah ada pelarangan untuk bisa menggunakan fasilitas publik itu untuk memamerkan keunggulan fesyen," ujar Devie saat dihubungi Kompas.com, Kamis (11/8/2022).
Baca juga: Sepi Remaja SCBD, Kini Tidak Ada Lagi Aksi Citayam Fashion Week di Dukuh Atas
Kemudian faktor kedua, ketenaran "Citayam Fashion Week" di ranah digital yang sudah tak sepopuler seperti beberapa waktu belakangan ini.
"Namanya dunia digital itu masa viralitas masa ketenaran dan sebagainya itu masanya sangat cepat, sangat fluktuatif karena memang algoritma sosialnya itu cepat," ucap Devie.
"Biasanya popularitas juga sangat singkat karena akan selalu ada konten-konten baru yang menarik yang kemudian menarik perhatian publik lagi," sambung dia.
Menurut Devie, kepopuleran ajang pamer fesyen itu tercipta secara alami, bermula saat seorang konten kreator membuat konten dengan mewawancarai mengenai pakaian yang dikenakan remaja yang menongkrong di kawasan Dukuh Atas.
Kemudian hal itu diikuti oleh konten kreator lainnya membuat konten serupa sehingga ketenaran aksi peragaan busana itu semakin terkenal di kalangan masyarakat.
Baca juga: Baim Wong Datangi Dukuh Atas, Ngetes Dibenci Remaja Citayam Fashion Week Atau Tidak
Sehingga para konten kreator tersebut, ujar Devie, memiliki jasa besar dalam mengangkat viralnya "Citayam Fashion Week".
"Tapi karena nature-nya ruang digital itu cepat, ketika sesuatu yang sudah naik maka potensi untuk turun sangat singkat juga," kata Devie.
Meskipun muncul beberapa rencana "Citayam Fashion Week" akan dipindahkan ke Sarinah, Monas hingga ke Kota Tua. Devie menilai akan tetap mendapatkan animo masyarakat asalkan tidak menghilangkan ciri khas dari "Citayam Fashion Week".
"Kekuatan CFW ini kan orisinalitasnya tidak ada aturan, tidak ada pakem, menjadi ruang ekspresi anak muda yang sedang mencari jati diri," ujar Devie.
"Kalau dipindahkan, bisa jadi nanti akan disiapkan oleh organisasi atau institusi lain, mungkin ini akan berbeda karena nanti sifatnya akan menjadi event," imbuh dia.
Baca juga: Ada Potensi Konflik Warga Dukuh Atas dengan Kelompok Kecil di Citayam Fashion Week
Kendati demikian, Devie mengungkapkan, CFW berpeluang kembali ramai jika dipindahkan ke tempat yang baru asal bisa dikelola dengan baik.
"Tapi saya tetap optimis kalau memang semangat kebebasan berekspresinya tetap dijaga, berpeluang tetap menjadi hal yang besar karena paling tidak, ini sejalan dengan semangat algoritma digital yang selalu merindukan kebaruan," tutur dia.