Jika ada perubahan, hanya tata pamernya saja yang dirombak. Pemugaran tidak dilakukan, selain hanya renovasi bagian kecil yang rusak saja.
Sejak awal dibangun, gedung dengan luas 693 m² itu belum pernah diubah baik dari segi fisik, tiang, maupun lantainya.
Koleksi yang dominan terdapat pada Gedung Joang 45 yaitu dokumenter sejarah kemerdekaan.
Memasuki gerbang, tampak pintu masuk museum diapit oleh patung separuh badan Bung Karno dan Bung Hatta.
Ada gambar serta cap tangan para perempuan pendekar, seperti Fatmawati, RA Kartini, Martha Christina Tiahahu, Tjut Nyak Dien, dan lain-lain.
Gedung terbagi ke dalam 6 area utama. Terdapat sejumlah diorama yang melukiskan suasana Gedung Menteng 31 jelang Kemerdekaan.
Terdapat kurang lebih 1.300 koleksi, baik lukisan, dokumen, dan patung di Gedung Joang 45. Gedung ini juga dilengkapi perpustakaan, ruang pameran, dan ruangan khusus untuk anak-anak.
Destinasi favorit yang paling dicari pengunjung adalah koleksi tiga mobil kepresidenan.
Mobil REP (Republik) 1, sedan limosin merek Buick pabrikan Amerika Serikat (1939). Mobil ini menjadi mobil kepresidenan pertama yang dimiliki Pemerintah Indonesia dan digunakan oleh Soekarno saat berdinas.
Kemudian, mobil REP 2 milik Moh Hatta pabrikan AS bermerk Desoto. Mobil ini mulanya milik Djohan Djohor, paman Hatta.
Terdapat pula mobil Peristiwa Cikini – insiden percobaan pembunuhan Soekarno pada 30 November 1957 di antara deretan koleksi Gedung Joang 45.
Ada pula koleksi senjata. Salah satunya, senjata laras panjang merk Kirov, kaliber 762 buatan Rusia, dan senjata laras panjang merk Styer kaliber 762 buatan Austria. Kabarnya, keduanya direbut dari prajurit Jepang pundi Malang, Jawa Timur.
Selain senjata berpeluru, ada senjata anggar bambu yang diklaim merupakan sarana latihan Laskar Putri dalam pendidikan keprajuritan untuk menggunakan senjata tajam dalam pertempuran.
Pakaian Laskar Rakyat yang dipakai sewaktu berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia juga dipamerkan di sini.
Di sudut tembok museum Joang 45 ini juga terdapat mural yang bertuliskan:
“Kita meninggalkan museum ini tetapi sebenarnya tidak, karena sejarah itu berlangsung terus sejalan dengan penghidupan dan kehidupan manusia, khususnya bagi kita generasi pejuang 45, bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa di dunia pada umumnya”.
Bagi pengunjung yang hendak datang, museum ini dibuka dari hari Selasa hingga Minggu. Pada hari Senin, museum ditutup untuk jadwal pemeliharaan.
Gedung tersebut dapat menampung hingga 100 pengunjung. Namun seiring kondisi pandemi Covid-19 saat ini, kapasitas pengunjung yang boleh masuk hanya 50 persen saja.
Sisanya, dapat mengantre masuk secara bergantian. Museum dibuka untuk umum sejak pukul 09.00-15.00 WIB selama pandemi.
Sebelumnya, jam operasional museum dibuka pada pukul 08.00 hingga 16.00 WIB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.